Senin, 12 Februari 2018

MAKALAH Peran Masjid Asy-syifa’ Kepuh sebagai Pusat Pendidikan dan Peradaban Islam

MAKALAH
Peran Masjid Asy-syifa’ Kepuh sebagai Pusat Pendidikan dan Peradaban Islam
Disusun Guna Memenugi Tugas Mata Kuliah Antropologi-Sosiologi Dosen Pengampu :
Drs. Moch. Fuad, M.Ag.






                                                                                                                      

Disusun oleh :

Hasan Ibadin               (15410060)


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2017


BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Masjid tidak luput dari berbagai problematika, baik menyangkut pengurus, kegiatan, maupun berkenaan dengan jamaah, tata ruang, dll. Jika saja  problematika ini di biarkan berlarut-larut, kemajuan dan kemakmuran masjid bisa terhanbat. Fungsi masjid menjadi tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga keberadaan masjid tidak berbeda dengan bangunan biasa. Dan salah satu problem masa sekarang yaitu masjid semakin dijauhi orang Islam itu sendiri sebagai pusat pendidikan dan peradaban Islam. Maka dalam makalah ini akan dibahas sejarah proses pendidikan  Islam, permasalahan masjid pada sekarang ini, dan kegiatan apa saja yang ada di masjid sebagai penunjang pendidikan dakwah Islam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah proses pendidikan dalam Islam?
2. Bagaimana peran masjid sebagai salah satu pilar dakwah Islam?
3. Apa saja permasalahan yang muncul di Masjid Asy-syifa’?
4. Bagaimana kegiatan yang dilaksanakan di masjid Asy-syifa’ dalam menunjang pendidikan dalam Islam?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah proses pendidikan dalam Islam
2. Untuk mengetahui peran masjid sebagai salah satu pilar dakwah Islam.
3. Untuk mengetahui permasalahan yang muncul di Masjid Asy-syifa’
4. Untuk mengetahui kegiatan yang dilaksanakan di masjid Asy-syifa’ dalam menunjang pendidikan dalam Islam

BAB II PEMBAHASAN


A.    Sejarah Proses Pendidikan Dalam Islam
Menurut catatan sejarah, ketika Islam baru lahir di kota Mekkah, keadaan masyarakat Arab masih banyak sekali yang buta huruf. Bilangan yang mampu menulis dan membaca masih terlalu sedikit yakni sekitar 17 orang. Melihat kondisi masyarakat Arab tersebut, Islam memberikan dorongan yang sangat urgen untuk mengadakan reformasi. Reformasi yang dimaksudkan adalah perubahan sistem Jahiliyah kepada masyarakat Islam yang beradab. Masyarakat Arab mempunyai peradaban dan kebudayaan yang sangat tinggi setelah mereka mengambil Islam sebagai way of life dalam sistem kehidupan mereka. Dengan demikian, mereka memperoleh kejayaan dan kemajuan dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Proses terjadinya reformasi yang menyebabkan kemajuan tersebut tidak pernah lepas dari usaha keras dan kuat, pantang menyerah dan selalu berorientasi ke depan. Salah satu usaha tersebut adalah berlangsungnya proses pendidikan yang sangat baik.
Sebenarnya, pada awalnya proses pendidikan Islam masa Islam klasik berlangsung secara informal. Maksudnya adalah proses pendidikan berlangsung di rumah-rumah. Rasulullah menjadikan rumah sahabat Arqam bin Abi al Arqam sebagai sebagai proses pembelajaran sekaligus tempat pertemuan dengan para sahabatnya. Di rumah inilah Rasulullah menyampaikan dan menanamkan dasar-dasar agama dan mengajarkan al Qur’an kepada mereka.[1]
Ketika Rasulullah di Madinah, lembaga pendidikan informal (rumah) tetap berlangsung, tetapi pada masa ini lahir lembaga pendidikan baru yaitu masjid. [2] Sebab, setelah tidak lama Rasulullah berada di kota Madinah, maka yang pertama dibangun oleh beliau adalah masjid. Dan telah tercatat dalam sejarah, masjid pada kala itu tidak saja berfungsi sebagai tempat untuk beribadah semata. Tetapi lebih dari itu, ia memiliki banyak fungsi salah satunya sebagai tempat berlangsungnya pembelajaran dalam mentransmisi ilmu pengetahuan Islam.
Sebagai pusat pendidikan di masjid diadakan tempat belajar (halaqah ta’lim) dan sebagai pusat kebudayaan masjid merupakan markas kegiatan sosial, politik, budaya dan agama.[3]  Dengan demikian, masjid berfungsi untuk membina peradaban dan kebudayaan, tempat ibadah dan tempat pengendalian urusan pemerintahan dan kenegaraan. [4]
Dari uraian di atas, sangat jelas gambaran betapa besar fungsi masjid dalam mengembangkan peradaban dan kebudayaan Islam. Karena itulah penulis tertarik untuk meneliti salah satu sudut kecil dari fungsi masjid yakni penulis hanya memfokuskan dari sisi fungsi masjid dan pendidikan Islam.

B.     Fungsi Masjid Sebagai Salah Satu Pilar Dakwah Islam pada masa klasik
Fungsi Masjid Masa Islam Klasik
Pemahaman mendasar yang penting ditekankan di sini adalah bahwa masjid adalah tempat ibadah dan tempat pendidikan dalam pengertian yang luas. Menurut Quraish Shihab, kata “masjid” bukan sekedar memiliki makna sebagaimana bangunan tempat bersujud. Masjid juga bermakna tempat melaksanakan segala aktifitas manusia yang mencerminkan kepatuhan kepada Allah. Dalam kaitannya dengan pendidikan Islam, masjid mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi edukatif dan fungsi sosial. [5] Sebagaimana sejarah telah mencatat, bahwa masjid Nabawi di Madinah telah mampu melaksanakan dua fungsi itu secara optimal.
Fungsi-fungsi masjid pada masa Islam klasik antara lain:
·         Fungsi Edukatif
Sebagaimana telah disebutkan di depan, bahwa pada saat Rasulullah berhijrah dari kota Makkah ke kota Madinah. Langkah pertama yang dipikirkan dan dibangun beliau adalah masjid. Di masjid inilah seluruh muslim bisa membahas dan memecahkan persoalan hidup mereka. Di masjid diadakan musyawarah untuk mencapai berbagai tujuan, menjauhkan diri dari berbagai kerusakan dan meluruskan aqidah. Dengan adanya masjid, dijadikanlah tempat tersebut untuk berhubungan dengan Allah  untuk memohon ketentraman, kekuatan, pertolongan, kesabaran, ketangguhan, kesadaran, kewaspadaan dan aktivitas yang penuh semangat. [6]
Menurut Quraisy Shihab, ada sepuluh peranan masjid Nabawi di zaman Rasulullah antara lain: tempat ibadah, tempat konsultasi dan komunikasi, tempat pendidikan, tempat santunan sosial, tempat latihan militer, tempat pengobatan, tempat perdamaian dan pengadilan, aula dan tempat menerima tamu, tempat tawanan perang, dan pusat penerangan dan pembelaan agama [7]. Begitu sentralnya fungsi masjid pada waktu itu, sehingga masjid tidak saja digunakan untuk melaksanakan shalat semata, tetapi lebih dari itu masjid berfungsi sebagai lembaga pendidikan Islam yang sangat urgen dalam mentransfer ilmu pengetahuan Islam. Di dalam masjid diadakan proses belajar al Qur’an , al Hadis, Fiqih, dasar-dasar agama, bahasa dan sastra Arab. Pendidikan bagi wanita juga dipentingkan, tetapi tidak bercampur dengan laki-laki. Rasulullah menyediakan waktu untuk secara khusus memberikan kuliah kepada kaum wanita. [8] Pendidikan untuk anak-anak dilangsungkan di al kuttab[9] dan al suffah yang tempatnya berdampingan dengan masjid. Mereka diajarkan al Qur’an, dasar-dasar agama, bahasa Arab, berhitung, keterampilan berkuda, memanah dan berenang. [10]
Menurut Hasan Langgulung, menjelaskan bahwa masjid  pada mulanya digunakan untuk pendidikan rendah bagi anak-anak. Akan tetapi kaum muslimin lebih suka kelas bimbingan anak-anak dilakukan pada tempat yang khusus, yaitu al suffah dan al kuttab yang berada disamping masjid. Hal itu dikhawatirkan anak-anak akan merusak masjid dan biasanya mereka tidak dapat memelihara kebersihan masjid. [11]
Fungsi edukatif  masjid pada awal pembinaan Islam, masjid merupakan lembaga pendidikan Islam. Yakni tempat manusia dididik agar memegang teguh keimanan, cinta kepada ilmu pengetahuan, mempunyai kesadaran sosial yang tinggidan mampu melaksanakan hak dan kewajiban dalam negara Islam. Masjid dibangun guna merialisasikan ketaatan kepada Allah, mengamalkan syariat Islam dan menegakkan keadilan. [12] Pendek kata, masjid itu sebagai pusat kerohanian, sosial, budaya dan politik, sehingga masjid disebut sebagai baitullah atau rumah Allah artinya untuk memasuki masjid itu tidak dibutuhkan izin. Apakah untuk beribadah atau belajar atau untuk maksud-maksud baik lainnya. [13] Masjid merupakan tempat terbaik untuk kegiatan pendidikan. Sebab akan terlihat hidupnya sunnah-sunnah Islam, menghilangnya bid’ah-bid’ah, dan menghilangnya stratafikasi rasa dan status ekonomi dalam pendidikan.
·         Fungsi Sosial Politik
Sosial politik dalam Islam tidak lain adalah dakwah itu sendiri. Sebab tujuan dakwah Rasulullah adalah agar umat kembali ke jalan Allah. Dan tempat untuk memberikan penyadaran tersebut masjid merupakan tempat yang kondusif. Begitu juga tujuan dakwah Nabi adalah untuk memakmurkan masjid sehingga umat Islam bersatu padu dalam ukhuwah Islamiah. Masjid merupakan tempat berkumpulnya orang-orang Islam. Masjid pada zaman Nabi menjadi pusat kegiatan untuk membina masyarakat demi terciptanya persatuan dan kesatuan dalam satu kesatuan sosial dan satu kesatuan politik. Kaum Anshar dan Muhajirin yang berasal dari daerah yang berbeda dengan membawa adat dan kebiasaan yang berbeda, sebelum bersatu membentuk masyarakat Islam, berasal dari suku-suku bangsa yang berselisih. [14] Melalui masjidlah Rasulullah meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara internal. Tetapi juga diakui dan bahkan disegani oleh pihak lainnya.
·         Fungsi Ibadah
Kata masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali di dalam al Qur’an. Dari segi bahasa, kata tersebut terambil dari akar kata “sajadasujud”, yang artinya patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan ta’dhim. [15] Meletakkan dahi, kedua tangan, dan kedua kaki ke bumi yang kemudian dinamai sujud oleh syariat adalah bentuk lahiriah yang paling nyata dari makna-makna di atas. Itulah sebabnya mengapa bangunan bangunan yang dikhususkan untuk sholat dinamai masjid, yang artinya tempat bersujud. [16]
Fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allah, tempat untuk shalat dan beribadah kepada-Nya. [17]Ibadah berarti mengabdi, yakni mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah. Dengan penuh rasa taat, patuh dan tunduk. Di dalam masjid dilaksanakan segala aktivitas ibadah seperti shalat berjama’ah, zikir, tilawah al Qur’an, i’tikaf dan sebagainya. Dan masjid juga mempunyai makna tempat dilakukannya segala aktivitas keagamaan dalam dimensi ibadah sosial yang lebih luas.
·         Fungsi Pengabdian Kepada Masyarakat
Memakmurkan masjid berarti memakmurkan umat dalam arti yang luas. Masjid sebagai pusat pengbdian kepada masyarakat maksudnya setiap muslim hendaknya memberikan pelayanan untuk jama’ah masjid. Dengan demikian sifat tolong-menolong, kasih saying dan saling memuliakan terbina melalui masjid. Salah satu contohnya adalah pengelolaan zakat, infak dan sedekah. Di zaman klasik Islam khususnya pengelolaan zakat dikelola dan dilaksanakan di masjid. [18]
Dengan demikian terbentuk hubungan sosial kemasyarakatan yang saling memberikan haknya demi kepentingan masyarakat yang lebih luas. Di zaman klasik telah terjadi bahwa orang kaya menyerahkan sebagian hartanya kepada petugas Baitul Mal. Baitul Mal adalah tempat pengumpulan harta hasil zakat, infak dan sedekah yang bertempat di masjid. Petugas Baitul Mal bekerja untuk untuk mendata orang yang telah sampai haul dan nisab untuk membayar  zakat. Setelah di data kemudian menariknya untuk dikumpulkan di baitul mal yang kemudian dibagikan secara adil kepada orang yang berhak menerimanya. Di sisi lain orang-orang miskin tidak menunjukkan kemiskinannya karena telah terpenuhi segala hak mereka melalui zakat, infak dan sedekah yang dikelola melalui baitul mal yang diselenggarakan di masjid-masjid. Dengan demikian hati masyarakat terpaut kepada masjid, selanjutnya begitu masjid  menjadi makmur dan ramai dengan jama’ah karena menjadi pusat dari berbagai aktivitas keagamaan, baik berupa kegiatan pendidikan, ibadah, sosial politik dan pengabdian kepada masyarakat. Itulah maksud masjid didirikan dengan jiwa yang bersih dan atas dasar taqwa.

C.    Permasalahan Yang Muncul Di Masjid Asy-Syifa
Permasalahan yang terjadi di masjid ini pada masa sekarang yaitu:
1.      Santri yang belajar di masjid tersebut makin sedikit dengan berkembangnya teknologi dan karena adanya fulldays school
2.      Takmir yang disitu masih kurang berperan dalam pengembangan pendidikan dan kurang aktif dalam berdkwah
3.      Peradaban dan pembangunan dan tata ruang atau tempat masih kurang nyaman, seperti tempat parkir yang sempit dan kurang luas.
4.      Adanya ketinggian lantai yang berbeda.
5.      Tata ruang dari masjid belum menunjukan kenyamanan, seperti tempat wudhu laki-laki dan perempuan yang masih dalam satu tempat.
6.      Pengurus masjid tertutup: Pengurus masjid dipilih oleh jamaah dan dari jamaah secara demokratis. Mereka dianggap (tempatnya: diperkirakan) mampu mengemban amanah jamaah. Yakni, melaksanakan tugas dengan baik dan membuat laporan tanggung jawab secara berkala. Lantaran harapan tak selalu sama dengan kenyataan, jamaah dapat saja salah pilih,. Muncullah pengurus yang tidak aktif, atau yang bersifat keluarga sentries, atau yang menerapkan corak kepemimpinan tertutup dalam hal program kegiatan masjid dan keuangan.
7.      Jamaah Pasif: Jamaaah yang pasif juga salah satu faktor penghambat kemajuan dan kemakmuran masjid. Pembangunan masjid akan sangat tersendat-sendat apabila jamaahnya enggan turun tangan. Berkeberatan mengeluarka sebahagian kecil rezekinya untuk sumbangan, atau malasa menghadiri kegiatan-kegiatan yang di rencanakan oleh pihak pengelola masjid. Tampa dukungan aktif dari jamaah si sekitar, tentu saja berlebihan mendambakan hasil yang berarti dari masjid.


D.    Kegiatan Yang Dilaksanakan Di Masjid Asy-Syifa’ Dalam Menunjang Pendidikan dan dakwah Dalam Islam
Masjid Asy-syifa’ terletak di kampung Kepuh, Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta. Peletakan batu pertama sebagaia awal pembangunan masjid ini dilaksanakan pada tanggal 27 September tahun 1983. Satu tahun kemudian. Bangunan utama masjid Asy-syifa’ diperluas ke arah timur. Pada tahun 1987, bangunan masjid bagian depan ditingkatkan menjadi 2 lantai. Dan tahun 2006  bangunan masjid ditingkat menjadi 3 lantai. Prakarsanya pendirian masjid ini adalah kh. M. Nawawi. Beliau merupakan salah satu ulama’ yang berdakwah di kampung Kepuh tersebut. Beliau berdakwah disitu atas izin dan perintah guru beliau. Dan sjak dulu samapia sekarang Masjid Asy-syifa’ sebagai salah satu pilar dakwah islamiyah di kecamatan Gondokusuman.

Kegiatan

Masjid Asy-Syifa’ juga dimakmurkan dengan berbagai aktivitas di luar ibadah rutin, seperti:

Pengajian Bapak-bapak, pengajian ibu-ibu, pengajian remaja, kultum setelah magrib, peringatan hari besar Islam, mujadahan, kajian kitab bulughul maraam, tadarus al-quran, adanya TKA-TPA, dan hadroh Ahbabus Syifa’.

Contoh laporan kegiatan yang telah dilaksanakan pada bulan ramadhan tahun 2016

Ø  KEGIATAN RAMADHAN 1437 H MASJID ASY-SYIFA’ YOGYAKARTA
a.       Pengajian Pra Ramadhan
Waktu                   : Rabu, 1 Juni 20116 (pukul 20.00 WIB)
Tempat                  : Masjid Asy-Syifa’ Lat.1
Penceramah           : K.H. Kuswaidi Syafii
Peserta                   : seluruh warga
Pelaksanaan           :
-          Pengajian berjalan dengan lancar
-          Penjemputan, dekorasi dan konsumsi lancar
-          Pengajian dimeriahkan dengan penampilan hadroh Ashabusy-syifa sehingga berlangsung lebih menarik
Evaluasi     : ceramah selesai sebelum waktunya, karena kyainya ingin mengisi di luar kota.
b.      Aksi Sambut Ramadhan 1437 H
Waktu                   : Jumat, 3 Juni 2016 (pukul 16.00 WIB)
Tempat                  : Masjid Asy-Syifa’ dan lingkungannya
Peserta                   : 100 orang (orang tuan dan santri TKA & TPA)
Pelaksanaan           : Kegiatan ini dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan 1437 H. Banyak warga yang berpartisipasi dalam hal ini.

c.       Ceramah Terawih
Waktu                   : Minggu, 5 Juni 2016 s.d. Senin, 4 Juli 2016 ( setelah sholat Isya’ selama dan sebelum sholat bulan ramadhan)
Tempat                  : Masjid Asy-Syifa’
Penceramah           : (Lihat daftar penceramah pada lampiran arsip-arsip)

d.      Tadarus Al-quran
Waktu                   : Minggu, 5 Juni 2016 s.d. Senin, 4 Juli 2016 ( setelah sholat witir dan setelah ceramah subuh )
Tempat                  : Masjid Asy-Syifa’
Peserta                   : Anak-anak TPA, remaja, dan Ibu-Ibu.

e.       Ceramah Subuh
Waktu                   : Senin, 6 Juni 2016 s.d. Senin, 5 Juli 2016 ( setelah sholat subuh)
Tempat                  : Masjid Asy-Syifa’
Penceramah           : (Lihat daftar penceramah pada lampiran arsip-arsip)

f.       Pengajian Umum dan Buber Warga I
Waktu                   : Selasa, 14 Juni 2016 (pukul 16.00 WIB)
Tempat                  : Masjid Asy-Syifa’ Lat.1
Peserta                   : Seluruh warga
Penceramah           : Drs. KH. M. Nawawi, M.SI
Pelaksanaan           : berjalan dengan meriah

g.      Training Perawatan Jenazah
Waktu                   : Minggu, 19 Juni 2016 (pukul 09.00 WIB)
Tempat                  : Masjid Asy-Syifa’ Lat.1
Peserta                   : remaja putrid masjid Asy-syifa
Pembina                : Drs. KH. M. Nawawi, M.SI
Pelaksanaan           : dilaksanakan dengan peserta yang sangat antusias
Kendala                 : masih ada sebagian remaja yang takut ketika praktik mengkafani jenazah.

h.      Kajian Remaja
Waktu                   : Selasa, 21 Juni 2016
Pembicara              : Ust. Subkhi Ridho
Peserta                   : Remaja Kepuh
Pelaksanaan           : Kegiatan ini sudah  terlaksana dengan baik yaitu dengan  tema                        melek media sosial
Kendala                 :
Ø  Kuranganya kesadaran dan partisipasi dari Remaja Kepuh akan pentingnya kegiatan ini.
Ø  Selain itu peserta dari kajian ini juga amat kurang, mayoritas yang hadir adalah pengajar TKA/TPA.

i.        Pengajian Nuzul Qur’an
Waktu                   : Kamis, 23 Juni 2016 (pukul 20.00 WIB)
Tempat                  : Masjid Asy-Syifa’ Lat.1
Penceramah           : Ust. Wahid Rasyid Lasiman
Peserta                   : seluruh warga
Pelaksanaan :
o   Pengajian berjalan lancar
o   Penjemputan, dekorasi dan konsumsi lancar
Evaluasi :
o   Undangan diedarkan terlalu mendadak

j.        Pesantren I’tikaf
Waktu                   : Jumat, 24 Juni 2016 s.d. Minggu, 26 Juni 2016
Tempat                  : Masjid Asy-syifa’ dan lingkungannya
Peserta                   : 45 Santri
Pelaksanaan           : Selain penyampaian materi juga diisi dengan lomba CCA, Adzan, Tartil, hafalan surat pendek, MTQ, Menggambar, Mewarnai, Shalat dan Wudhu.
Kendala                 :
Ø  Amat sedikit pengajar yang mengikuti kegiatan ini.
Ø  Sebagian pengajar yang tidak memahami teknis pelaksanaan.



k.      Pengajian Umum dan Buber Warga II
Waktu                   : Sabtu, 25 Juni 2016 (pukul 16.00 WIB)
Tempat                  : Masjid Asy-Syifa’ Lat.1
Peserta                   : Seluruh warga
Penceramah           : Drs. KH. M. Nawawi, M.SI
Pelaksanaan           :-
Kendala                 :

l.        Khotmil Qur’an 1437 H
Waktu                   : Kamis, 30 Juni 2016 (20.30-22.00)
Tempat                  : Masjid Asy-Syifa’ dan lingkungannya
Peserta                   : jamaah tadarusan Al-quran & santriwan-santriwati Masjid Asy-Syifa’
Pelaksanaan           : pembacaannya dimulai dari surat Ad-dhuha sd. an-nas dengan teknik bacaan satu persatu peserta khotmil quran dan doa oleh K. H. M. Nawawi MSi. Kemudia dilanjutkan dengan syukuran & makan tumpeng bersama


m.    Pengajian PUISIKU dan Buber Warga III
Waktu                   : Minggu, 3 Juli 2016 (pukul 16.00 WIB)
Tempat                  : Masjid Asy-Syifa’ Lat.1
Peserta                   : Seluruh warga
Penceramah           : Drs. KH. M. Nawawi, M.SI
Pelaksanaan           : jamaahnya itu dari bebagai kampung seperti: samirono, Kepuh, dan Iromerjan, dll.
Kendala                 : Ada sebagian jamaah yang dari luar kampung itu telat datangnya.

n.      Lomba Takbiran 1437 H
Waktu                   : Selasa, 5 Juli 2016 (setelah Sholat Isya’)
Tempat                  : di LPP
Peserta                   : jamaah masjid Asy-syifa’, Remaja Kepuh, Santri TPA dan TKA
Pelaksanaan           : dimeriahkan oleh semua masyarakat Kepuh dan sekitarnya dan dengan adanya pembuatan mascod, serta penampilan drumband dan tari dari remaja maupun santri masjid asy-syifa. Dan alhamdulilah mendapat juara 1 (juara Umum

o.      Pengajian Umum dan Syawalan
Waktu                   : Kamis, 21 Juli 2016 (pukul 16.00 WIB)
Tempat                  : Masjid Asy-Syifa’ Lat.1
Peserta                   : Seluruh warga
Penceramah           : Drs. KH. M. Nawawi, M.SI
Pelaksanaan           : peserta yang hadir kurang maksimal.
Kendala                 : waktu yang molor.


Ø  Kegiatan TKA-TPA ASY-ASYIFA’
Taman Kanak-kanak Al-Qur’an dan Taman Pendidikan Al-Qur’an Asy-Syifa’ merupakan suatu lembaga guna mencetak  santriwan serta santriwati yang berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia dengan mengedepankan nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.Sebagai suatu lembaga yang bergerak dalam bidang keagamaan, TKA/TPA Asy-Syifa’berupaya memberikan pengajaran serta pendidikan dalam aspek keagamaan dan pengetahuan umum karena hal ini merupakan bekal utama dalam menjalani kehidupan. Pengajaran serta pendidikan tersebut mencakup segala materi keagamaan,  akhlak dalam kehidupansehari-hari, pergaulan terhadap sesama muslim maupun non muslim serta keteladanan dari para ustadz- ustadzah.
TKA-TPA Asy-Syifa’ berdiri sekitar 39 tahun yang lalu sebelum Masjid Asy-Syifa’ berdiri yang bertempat di rumah Mbah Kromo Pawiro, Bu Djoyo Simus dan Bapak Ruslan. Sebelum bernama TKA-TPA Asy-Syifa’, lembaga ini bernama Pengajian Anak-Anak Umat Islam Kepuh yang mana kegiatan yang dilaksanakan tidak berbeda jauh dengan TKA-TPA sekarang ini. Kemudian setelah Masjid Asy-Syifa’ berdiri yaitu pada 27 September  1983, kegiatan yang semula di rumah warga berpindah ke Masjid Asy-Syifa’. Seiring dengan berjalannya waktu Pengajian Anak-Anak ini semakin dikenal masyarakat dan bahkan mengalami masa keemasaanya itu pada tahun 90-an. Guna menyesuaikan nama, maka Pengajian Anak-Anak Umat Islam Kepuh berganti nama menjadi TKA-TPA Asy-Syifa’ Kepuh. Inilah sejarah singkat berdirinya TKA-TPA Asy-Syifa’ Kepuh.
Contoh kegiatan TKA-TPA Asy-syifa’ selama Ramadhan 1437 H / 2016
Kegiatan:
Ø  Aksi Sambut Ramadhan
·         minggu , Tanggal 3 Juni 2016
·         Peserta santriwan-santriwati TKA-TPA Asy-syifa’, Remaja Masjid Asy-syifa’,WaliSantri ,
·         Rute Masjid asy-syifa’ – jalan Urip Sumoharjo –MusholaArrahmat – masjid asy-syifa’
Kendala
Jam pemberangkatan aksi sambut ramadhan molor dan kurang meriah

Ø  Mengaji setiap hari ,di mulai pukul 16.00 wib – 17.30 WIB dilanjutkan buka bersama dan sholat maghrib berjamaah
Ø  Rata – rata santri yang datang mengaji TKA 20  santri , untuk TPA 25 santri
Ø  Materi yang di sampaikan selama bulan ramadhan , akidah, sejarah nabi, fikih , iqro’ dan al-qur’an.

Ø  Pesantren I’tikaf
·         Hari Jumat, Sabtu, Minggu, Tanggal 24, 25 dan 26 Juni 2016
·         Peserta dari TPA Asy-syifa’
·         Jumlah Peserta semua 35 Orang



Ø  Lomba Takbiran Idul Fitri 1437 H

·         Hari Selasa,5 Juli 2016
·         Tempat  di halaman LPP
·         Dengan thema Ceria Dalam Menyambut Idul Fitri 1437 H
·         Peserta TKA-TPA , Remaja masjid Asy-syifa’, wali santri dan pengajian bapak – bapak
·         Juara 1Lomba takbiran idul fitri 1437 H se- Klitren dan Juara Umum se Kelurahan klitren, Gondokusuman tahun 2016

Ø  Lomba Pentas Seni dan Syawalan Idul Fitri 1437 H

·         Hari Minggu , 24 Juli 2016
·         Tempat Masjid Nurul Islam Klitren
·         Peserta Masjid se wilayah klitren
·         Dari masjid asy-syifa’ menampilkan Gerak dan Lagu yang di ikuti santri TPA masjid asy-syifa’
·         Juara 3 untuk pentas seni


E.   Mengatasi Problematika Masjid di Asy-Syifa’
Setiap problematika yang muncul perlu diatasi sesuai dengan keadaan dan kemampuan pengurusa dan jamaah masjid. Tentu saja tidak semuanya dapat diatasi, tetapi ada yang dapat ditanggani dengan baik dengan mendahulukan yang lebih patut. Teknis pemecahan masalah pada umumnya manjur dengan cara bertahap, karena terapi yang drastic cenderung mengakibatkan mengejutkan. Meski pendekatan berjenjang ini agak memakan waktu, sasaran terpenting adalah suksesnya mencapai tujuan. [19]

Problematika yang muncul tidak boleh dibiarkan berlarut, sehingga keadaan semakin parah dan berat,setiap masalah yang muncul sebaiknya diatasi segera mungkin. bertindak tahab awal akan lebih ringan jika dibandingkan dengan mengatasi sesutu yang terlanjur kronis. Namum, kesemua itu terpulang kepada faktor manusianya, nyakni pengurus dan jamaahnya: mampukah mereka mengatasinya dengan baik.
a.    Musyawarah
Dalam mengatasi problematika masjid, antara pengurus dan jamaah masjid perlu senantiasa melakukan musyawarah. Melalui musyawarah ini diharapkan berbagai pemikiran dan pandangan dapat dikemukakan dalam mencari arternatif pemecahan yang terbaik. Pemekiran dan pandangan bersama akan lebih kuat dan mantap dalam memecahkan dan mengatasi suatu problematika yang sedang dihadapi. Wahaya musyawarah ini tentu tidak hanya di manfaatkan dalam menghadapi dan mengatasi probematika masjid, tetapi juga diperlukan dalam hal yang menyangkut kegiatan-kegiatan masjid. Berbagai kegiatan masjid akan berjalan dengan baik dan lancer apabila dimusyawarahkan dan dilaksanakan secara bersama-sama.
b.   Keterbukaan
Menerapkan keterbukaan dalam mengelola masjid sama pentingnya dengan musyawarah. Keterbukaan bukan saja akan menumbuhkan kepercahayaan jamaah tehadadap pengurus, melaikan juga akan terdorong terlaksananya kegiatan dengan baik dan hubungan kerja yang baik antara pengurus dan jamaah, baik dalam melaksanakan berbagai kegiatan maupun dalam mengatasi berbagai problemtika masjid. [20]
Keterbukaan tidak akan tercipta apabila pengurus bersifat tertutup. Oleh karena itu, pengurus masjid harus bersifat terbuka dan memiliki keterbukaan. Dengan sikap begitu, mereka memiliki kekuatan untuk menggerakkan jamaahnya. Jamaah pun akan merasa ikhlas menyumbang pemikiran, senang turut melaksanakan berbagai kegiatan, dan terlibat dalam mengatasi berbagai problematika masjid. Interaksi yang demikian yang akan memajukan dan memakmurkan masjid.
c.    Kerja Sama
Hubungan dan kerja sama pengurus dan jamaah sangat diperlukan dalam mengatasi problematika masjid. Tampa kerja sama, masalah tetap tinggal masalah. Dalam khasus masjid mengalami kerusakan berat, misalnya, tak banyak yang dapat diperkejakan tampa adanya bantuan dan peran serta jamaah. Kerja sama juga dapat meringankan pengurus dalam melaksanakan berbagai kegiatan masjid.
        Syarat untuk memelihara keterbukaan adalah suasana demokratis atau musyawarah. Pengurus dan jamaah yang  memiliki rasa tanggug jawab yang besar serta menyadari tanggung jawab mereka sebagai muslim yang diperintahkan oleh Allah SWT agar memakmurkan masjid tentu tidak tinggal diam ketika masjid dililit masalah. Mereka dituntut aktif dan serius dalam menghadapinya. Jika meraka pasif dan masa bodoh, probem yang dihadapi makin serius.














BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Demikianlah sekilas penjelasan mengenai masjid sebagai pusat pendidikan Islam dan fungsi-fungsinya pada masa Islam klasik dan perbandingannya dengan permasalahan/problem di dalam masjid yang muncul pada masa sekarang ini, serta kegiatan masjid Asy-syifa’ dalam memberikan dakwah Islam di wilayah Gondokusuman. Sehingga dapat ditarik benang merah bahwasannya fungsi masjid sebagai lembaga pendidikan zaman klasik lebih maju karena dipusatkan dalam masjid daripada zaman sekarang ini. Tentunya masih banyak lagi yang belum tercantum dalam tulisan ini. Penulis menyadari keterbasan-keterbatasan sekaligus memberi peluang kepada penulis lain untuk membahasnya lebih dalam.



Salabi, Ahmad. 1973. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Ramayulis. 1994. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Mursyi, Muhammad Munir. 1982. Al Tarbiyah Al Islamiyah. Kairo: Dar al Kutb.
Hasan Abdul Ali. 1977. Al Tarbiyah Al Islamiyah fi Qurn al Rabi’ al Hijry. Dar al Fikr:     Mesir.
Quraish Shihab. Wawasan Al Qur’an. Bandung: Mizan. 1996.
Abdurrahman An Nahlawi. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat. Jakarta:           Gema Insani Press. 1996
Hamid Hasan Bilgrami dan Sayyid Ali Asyraf. Konsep Universitas Islam. Yogyakarta: Tiara         Wacana. 1989,
Hasan Langgulung. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al Husna. 1988, 87
Abdurrahman An Nahlawi. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam. Bandung:         Diponegoro. 1989
Atiyah al Abrasyi. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 1999, 58
Zuhairini. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 1995, 35
Moh. Ayub. Manajemen Masjid: Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus. Jakarta: Gema Insani       Press. 1996.
Drs. H. Ahmad Yani, Panduan Memakmurkan Masjid, Al-Qalam, Jakarta, 2009. Hlm 27
Zainal Abidin Jamaris, Persaudaraan Antar Masjid, Media Dakwah, Jakarta Pusat. 1986.












Lampiran

Masjid Asy-Syifa





[1] Ahmad Salabi. Sejarah Pendidikan Islam. Bulan Bintang: Jakarta. 1973, 58
[2] Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Kalam Mulia: Jakarta. 1994, 87
[3] Muhammad Munir Mursyi. Al Tarbiyah Al Islamiyah. Dar al Kutb: Kairo. 1982, 199
[4] Hasan Abdul Ali. Al Tarbiyah Al Islamiyah fi Qurn al Rabi’ al Hijry. Dar al Fikr: Mesir. 1977, 27
[5] Quraish Shihab. Wawasan Al Qur’an. Bandung: Mizan. 1996, 460
[6] Abdurrahman An Nahlawi. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insani Press. 1996, 137

[7] Quraish Shihab. Wawasan Al Qur’an, 462
[8] Hamid Hasan Bilgrami dan Sayyid Ali Asyraf. Konsep Universitas Islam. Yogyakarta: Tiara Wacana. 1989, 29
[9] Kuttab adalah sejenis tempat belajar yang mula-mula lahir di dunia Islam. Pada awalnya kuttab berfungsi sebagai tempat memberikan pelajaran membaca dan menulis bagi anak-anak. Lihat Ensiklopedi Islam. Jilid III. Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve. 2002, 86
[10] Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam, 87
[11] Hasan Langgulung. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al Husna. 1988, 87
[12] Abdurrahman An Nahlawi. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam. Bandung: Diponegoro. 1989, 190
[13] Atiyah al Abrasyi. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 1999, 58

[14] Zuhairini. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 1995, 35
[15] Quraish Shihab. Wawasan Al Qur’an, 459
[16] Ibid, 459
[17] Moh. Ayub. Manajemen Masjid: Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus. Jakarta: Gema Insani Press. 1996, 7
[18] Ibid, 77
[19] Drs. H. Ahmad Yani, Panduan Memakmurkan Masjid, Al-Qalam, Jakarta, 2009. Hlm 27
[20] Zainal Abidin Jamaris, Persaudaraan Antar Masjid, Media Dakwah, Jakarta Pusat. 1986. Hlm 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar