MAKALAH
Peran Masjid Asy-syifa’
Kepuh sebagai Pusat Pendidikan dan Peradaban Islam
Disusun Guna Memenugi Tugas Mata Kuliah
Antropologi-Sosiologi Dosen Pengampu :
Drs. Moch. Fuad, M.Ag.
Disusun oleh :
Hasan
Ibadin (15410060)
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masjid
tidak luput dari berbagai problematika, baik menyangkut pengurus, kegiatan,
maupun berkenaan dengan jamaah, tata ruang, dll. Jika saja problematika ini di biarkan berlarut-larut,
kemajuan dan kemakmuran masjid bisa terhanbat. Fungsi masjid menjadi tidak
berjalan sebagaimana mestinya, sehingga keberadaan masjid tidak berbeda dengan
bangunan biasa. Dan salah satu problem masa sekarang yaitu masjid semakin
dijauhi orang Islam itu sendiri sebagai pusat pendidikan dan peradaban Islam.
Maka dalam makalah ini akan dibahas sejarah proses pendidikan Islam, permasalahan masjid pada sekarang ini,
dan kegiatan apa saja yang ada di masjid sebagai penunjang pendidikan dakwah Islam.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah proses pendidikan dalam Islam?
2. Bagaimana peran masjid sebagai salah satu pilar dakwah
Islam?
3. Apa saja permasalahan yang muncul di Masjid
Asy-syifa’?
4. Bagaimana kegiatan yang dilaksanakan di masjid
Asy-syifa’ dalam menunjang pendidikan dalam Islam?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah
proses pendidikan dalam Islam
2. Untuk mengetahui peran
masjid sebagai salah satu pilar dakwah Islam.
3. Untuk mengetahui permasalahan
yang muncul di Masjid Asy-syifa’
4. Untuk mengetahui
kegiatan yang dilaksanakan di masjid Asy-syifa’ dalam menunjang pendidikan
dalam Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Proses Pendidikan Dalam Islam
Menurut catatan
sejarah, ketika Islam baru lahir di kota Mekkah, keadaan masyarakat Arab masih
banyak sekali yang buta huruf. Bilangan yang mampu menulis dan membaca masih
terlalu sedikit yakni sekitar 17 orang. Melihat kondisi masyarakat Arab
tersebut, Islam memberikan dorongan yang sangat urgen untuk mengadakan
reformasi. Reformasi yang dimaksudkan adalah perubahan sistem Jahiliyah kepada
masyarakat Islam yang beradab. Masyarakat Arab mempunyai peradaban dan
kebudayaan yang sangat tinggi setelah mereka mengambil Islam sebagai way of life dalam sistem kehidupan mereka. Dengan
demikian, mereka memperoleh kejayaan dan kemajuan dalam seluruh aspek kehidupan
mereka. Proses terjadinya reformasi yang menyebabkan kemajuan tersebut tidak
pernah lepas dari usaha keras dan kuat, pantang menyerah dan selalu berorientasi
ke depan. Salah satu usaha tersebut adalah berlangsungnya proses pendidikan
yang sangat baik.
Sebenarnya, pada
awalnya proses pendidikan Islam masa Islam klasik berlangsung secara informal.
Maksudnya adalah proses pendidikan berlangsung di rumah-rumah. Rasulullah
menjadikan rumah sahabat Arqam bin Abi al Arqam sebagai sebagai proses
pembelajaran sekaligus tempat pertemuan dengan para sahabatnya. Di rumah inilah
Rasulullah menyampaikan dan menanamkan dasar-dasar agama dan mengajarkan al
Qur’an kepada mereka.[1]
Ketika Rasulullah di
Madinah, lembaga pendidikan informal (rumah) tetap berlangsung, tetapi pada
masa ini lahir lembaga pendidikan baru yaitu masjid. [2] Sebab, setelah tidak lama Rasulullah berada di
kota Madinah, maka yang pertama dibangun oleh beliau adalah masjid. Dan telah
tercatat dalam sejarah, masjid pada kala itu tidak saja berfungsi sebagai
tempat untuk beribadah semata. Tetapi lebih dari itu, ia memiliki banyak fungsi
salah satunya sebagai tempat berlangsungnya pembelajaran dalam mentransmisi
ilmu pengetahuan Islam.
Sebagai pusat
pendidikan di masjid diadakan tempat belajar (halaqah ta’lim) dan
sebagai pusat kebudayaan masjid merupakan markas kegiatan sosial, politik,
budaya dan agama.[3] Dengan demikian, masjid berfungsi untuk membina
peradaban dan kebudayaan, tempat ibadah dan tempat pengendalian urusan
pemerintahan dan kenegaraan.
[4]
Dari uraian di atas,
sangat jelas gambaran betapa besar fungsi masjid dalam mengembangkan peradaban
dan kebudayaan Islam. Karena itulah penulis tertarik untuk meneliti salah satu
sudut kecil dari fungsi masjid yakni penulis hanya memfokuskan dari sisi fungsi
masjid dan pendidikan Islam.
B.
Fungsi Masjid Sebagai Salah Satu Pilar Dakwah
Islam pada masa klasik
Fungsi Masjid Masa
Islam Klasik
Pemahaman mendasar yang
penting ditekankan di sini adalah bahwa masjid adalah tempat ibadah dan tempat
pendidikan dalam pengertian yang luas. Menurut Quraish Shihab, kata “masjid”
bukan sekedar memiliki makna sebagaimana bangunan tempat bersujud. Masjid juga
bermakna tempat melaksanakan segala aktifitas manusia yang mencerminkan
kepatuhan kepada Allah. Dalam kaitannya dengan pendidikan Islam, masjid
mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi edukatif dan fungsi sosial. [5] Sebagaimana sejarah telah mencatat, bahwa masjid
Nabawi di Madinah telah mampu melaksanakan dua fungsi itu secara optimal.
Fungsi-fungsi masjid
pada masa Islam klasik antara lain:
·
Fungsi Edukatif
Sebagaimana telah
disebutkan di depan, bahwa pada saat Rasulullah berhijrah dari kota Makkah ke
kota Madinah. Langkah pertama yang dipikirkan dan dibangun beliau adalah
masjid. Di masjid inilah seluruh muslim bisa membahas dan memecahkan persoalan
hidup mereka. Di masjid diadakan musyawarah untuk mencapai berbagai tujuan,
menjauhkan diri dari berbagai kerusakan dan meluruskan aqidah. Dengan adanya
masjid, dijadikanlah tempat tersebut untuk berhubungan dengan Allah untuk
memohon ketentraman, kekuatan, pertolongan, kesabaran, ketangguhan, kesadaran,
kewaspadaan dan aktivitas yang penuh semangat. [6]
Menurut Quraisy Shihab,
ada sepuluh peranan masjid Nabawi di zaman Rasulullah antara lain: tempat
ibadah, tempat konsultasi dan komunikasi, tempat pendidikan, tempat santunan
sosial, tempat latihan militer, tempat pengobatan, tempat perdamaian dan
pengadilan, aula dan tempat menerima tamu, tempat tawanan perang, dan pusat
penerangan dan pembelaan agama [7]. Begitu sentralnya fungsi masjid pada waktu itu,
sehingga masjid tidak saja digunakan untuk melaksanakan shalat semata, tetapi
lebih dari itu masjid berfungsi sebagai lembaga pendidikan Islam yang sangat
urgen dalam mentransfer ilmu pengetahuan Islam. Di dalam masjid diadakan proses
belajar al Qur’an , al Hadis, Fiqih, dasar-dasar agama, bahasa dan sastra Arab.
Pendidikan bagi wanita juga dipentingkan, tetapi tidak bercampur dengan laki-laki.
Rasulullah menyediakan waktu untuk secara khusus memberikan kuliah kepada kaum
wanita. [8] Pendidikan untuk anak-anak dilangsungkan
di al kuttab[9] dan al suffah yang
tempatnya berdampingan dengan masjid. Mereka diajarkan al Qur’an, dasar-dasar
agama, bahasa Arab, berhitung, keterampilan berkuda, memanah dan berenang. [10]
Menurut Hasan
Langgulung, menjelaskan bahwa masjid pada mulanya digunakan untuk
pendidikan rendah bagi anak-anak. Akan tetapi kaum muslimin lebih suka kelas
bimbingan anak-anak dilakukan pada tempat yang khusus, yaitu al suffah dan al kuttab yang
berada disamping masjid. Hal itu dikhawatirkan anak-anak akan merusak masjid
dan biasanya mereka tidak dapat memelihara kebersihan masjid. [11]
Fungsi edukatif
masjid pada awal pembinaan Islam, masjid merupakan lembaga pendidikan Islam.
Yakni tempat manusia dididik agar memegang teguh keimanan, cinta kepada ilmu
pengetahuan, mempunyai kesadaran sosial yang tinggidan mampu melaksanakan hak
dan kewajiban dalam negara Islam. Masjid dibangun guna merialisasikan ketaatan
kepada Allah, mengamalkan syariat Islam dan menegakkan keadilan. [12] Pendek kata, masjid itu sebagai pusat
kerohanian, sosial, budaya dan politik, sehingga masjid disebut sebagai baitullah atau rumah Allah artinya untuk memasuki
masjid itu tidak dibutuhkan izin. Apakah untuk beribadah atau belajar atau
untuk maksud-maksud baik lainnya.
[13] Masjid merupakan tempat terbaik untuk kegiatan
pendidikan. Sebab akan terlihat hidupnya sunnah-sunnah Islam, menghilangnya
bid’ah-bid’ah, dan menghilangnya stratafikasi rasa dan status ekonomi dalam
pendidikan.
·
Fungsi Sosial Politik
Sosial politik dalam
Islam tidak lain adalah dakwah itu sendiri. Sebab tujuan dakwah Rasulullah
adalah agar umat kembali ke jalan Allah. Dan tempat untuk memberikan penyadaran
tersebut masjid merupakan tempat yang kondusif. Begitu juga tujuan dakwah Nabi
adalah untuk memakmurkan masjid sehingga umat Islam bersatu padu dalam ukhuwah
Islamiah. Masjid merupakan tempat berkumpulnya orang-orang Islam. Masjid pada
zaman Nabi menjadi pusat kegiatan untuk membina masyarakat demi terciptanya
persatuan dan kesatuan dalam satu kesatuan sosial dan satu kesatuan politik.
Kaum Anshar dan Muhajirin yang berasal dari daerah yang berbeda dengan membawa
adat dan kebiasaan yang berbeda, sebelum bersatu membentuk masyarakat Islam,
berasal dari suku-suku bangsa yang berselisih. [14] Melalui masjidlah Rasulullah meletakkan
dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara internal. Tetapi
juga diakui dan bahkan disegani oleh pihak lainnya.
·
Fungsi Ibadah
Kata masjid terulang
sebanyak dua puluh delapan kali di dalam al Qur’an. Dari segi bahasa, kata
tersebut terambil dari akar kata “sajada–sujud”, yang artinya patuh, taat, serta tunduk dengan
penuh hormat dan ta’dhim. [15] Meletakkan dahi, kedua tangan, dan kedua kaki ke
bumi yang kemudian dinamai sujud oleh syariat adalah bentuk lahiriah yang
paling nyata dari makna-makna di atas. Itulah sebabnya mengapa bangunan
bangunan yang dikhususkan untuk sholat dinamai masjid, yang artinya tempat
bersujud. [16]
Fungsi utama masjid
adalah tempat sujud kepada Allah, tempat untuk shalat dan beribadah kepada-Nya. [17]Ibadah berarti mengabdi, yakni mengabdikan diri
sepenuhnya kepada Allah. Dengan penuh rasa taat, patuh dan tunduk. Di dalam
masjid dilaksanakan segala aktivitas ibadah seperti shalat berjama’ah, zikir,
tilawah al Qur’an, i’tikaf dan sebagainya. Dan masjid juga mempunyai makna
tempat dilakukannya segala aktivitas keagamaan dalam dimensi ibadah sosial yang
lebih luas.
·
Fungsi Pengabdian Kepada Masyarakat
Memakmurkan masjid
berarti memakmurkan umat dalam arti yang luas. Masjid sebagai pusat pengbdian
kepada masyarakat maksudnya setiap muslim hendaknya memberikan pelayanan untuk
jama’ah masjid. Dengan demikian sifat tolong-menolong, kasih saying dan saling
memuliakan terbina melalui masjid. Salah satu contohnya adalah pengelolaan
zakat, infak dan sedekah. Di zaman klasik Islam khususnya pengelolaan zakat
dikelola dan dilaksanakan di masjid.
[18]
Dengan demikian
terbentuk hubungan sosial kemasyarakatan yang saling memberikan haknya demi
kepentingan masyarakat yang lebih luas. Di zaman klasik telah terjadi bahwa
orang kaya menyerahkan sebagian hartanya kepada petugas Baitul Mal. Baitul Mal
adalah tempat pengumpulan harta hasil zakat, infak dan sedekah yang bertempat di
masjid. Petugas Baitul Mal bekerja untuk untuk mendata orang yang telah sampai
haul dan nisab untuk membayar zakat. Setelah di data kemudian menariknya
untuk dikumpulkan di baitul mal yang kemudian dibagikan secara adil kepada
orang yang berhak menerimanya. Di sisi lain orang-orang miskin tidak
menunjukkan kemiskinannya karena telah terpenuhi segala hak mereka melalui
zakat, infak dan sedekah yang dikelola melalui baitul mal yang diselenggarakan
di masjid-masjid. Dengan demikian hati masyarakat terpaut kepada masjid,
selanjutnya begitu masjid menjadi makmur dan ramai dengan jama’ah karena
menjadi pusat dari berbagai aktivitas keagamaan, baik berupa kegiatan
pendidikan, ibadah, sosial politik dan pengabdian kepada masyarakat. Itulah
maksud masjid didirikan dengan jiwa yang bersih dan atas dasar taqwa.
C.
Permasalahan Yang Muncul Di Masjid Asy-Syifa
Permasalahan yang terjadi
di masjid ini pada masa sekarang yaitu:
1.
Santri yang belajar di masjid tersebut makin sedikit
dengan berkembangnya teknologi dan karena adanya fulldays school
2.
Takmir yang disitu masih kurang berperan dalam
pengembangan pendidikan dan kurang aktif dalam berdkwah
3.
Peradaban dan pembangunan dan tata ruang atau tempat
masih kurang nyaman, seperti tempat parkir yang sempit dan kurang luas.
4.
Adanya ketinggian lantai yang berbeda.
5.
Tata ruang dari masjid belum menunjukan kenyamanan,
seperti tempat wudhu laki-laki dan perempuan yang masih dalam satu tempat.
6.
Pengurus masjid tertutup: Pengurus masjid dipilih oleh
jamaah dan dari jamaah secara demokratis. Mereka dianggap (tempatnya:
diperkirakan) mampu mengemban amanah jamaah. Yakni, melaksanakan tugas dengan
baik dan membuat laporan tanggung jawab secara berkala. Lantaran harapan tak
selalu sama dengan kenyataan, jamaah dapat saja salah pilih,. Muncullah
pengurus yang tidak aktif, atau yang bersifat keluarga sentries, atau yang
menerapkan corak kepemimpinan tertutup dalam hal program kegiatan masjid dan
keuangan.
7.
Jamaah Pasif: Jamaaah yang pasif juga salah satu faktor
penghambat kemajuan dan kemakmuran masjid. Pembangunan masjid akan sangat
tersendat-sendat apabila jamaahnya enggan turun tangan. Berkeberatan
mengeluarka sebahagian kecil rezekinya untuk sumbangan, atau malasa menghadiri
kegiatan-kegiatan yang di rencanakan oleh pihak pengelola masjid. Tampa
dukungan aktif dari jamaah si sekitar, tentu saja berlebihan mendambakan hasil
yang berarti dari masjid.
D. Kegiatan Yang
Dilaksanakan Di Masjid Asy-Syifa’ Dalam Menunjang Pendidikan dan dakwah Dalam
Islam
Masjid Asy-syifa’ terletak di kampung Kepuh, Kelurahan
Klitren, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta. Peletakan batu pertama
sebagaia awal pembangunan masjid ini dilaksanakan pada tanggal 27 September
tahun 1983. Satu tahun kemudian. Bangunan utama masjid Asy-syifa’ diperluas ke
arah timur. Pada tahun 1987, bangunan masjid bagian depan ditingkatkan menjadi
2 lantai. Dan tahun 2006 bangunan masjid
ditingkat menjadi 3 lantai. Prakarsanya pendirian masjid ini adalah kh. M.
Nawawi. Beliau merupakan salah satu ulama’ yang berdakwah di kampung Kepuh tersebut.
Beliau berdakwah disitu atas izin dan perintah guru beliau. Dan sjak dulu
samapia sekarang Masjid Asy-syifa’ sebagai salah satu pilar dakwah islamiyah di
kecamatan Gondokusuman.
Kegiatan
Masjid Asy-Syifa’ juga
dimakmurkan dengan berbagai aktivitas di luar ibadah rutin, seperti:
Pengajian Bapak-bapak,
pengajian ibu-ibu, pengajian remaja, kultum setelah magrib, peringatan hari
besar Islam, mujadahan, kajian kitab bulughul maraam, tadarus al-quran, adanya
TKA-TPA, dan hadroh Ahbabus Syifa’.
Contoh laporan kegiatan
yang telah dilaksanakan pada bulan ramadhan tahun 2016
Ø KEGIATAN RAMADHAN 1437 H MASJID ASY-SYIFA’ YOGYAKARTA
a. Pengajian Pra Ramadhan
Waktu : Rabu, 1 Juni 20116 (pukul
20.00 WIB)
Tempat : Masjid Asy-Syifa’ Lat.1
Penceramah : K.H. Kuswaidi Syafii
Peserta : seluruh warga
Pelaksanaan :
-
Pengajian berjalan dengan lancar
-
Penjemputan, dekorasi dan konsumsi lancar
-
Pengajian dimeriahkan dengan penampilan hadroh Ashabusy-syifa sehingga
berlangsung lebih menarik
Evaluasi :
ceramah selesai sebelum
waktunya, karena kyainya ingin mengisi di luar kota.
b. Aksi Sambut Ramadhan 1437 H
Waktu : Jumat, 3 Juni 2016 (pukul
16.00 WIB)
Tempat : Masjid Asy-Syifa’ dan
lingkungannya
Peserta : 100 orang (orang tuan dan
santri TKA & TPA)
Pelaksanaan : Kegiatan ini dalam rangka menyambut
bulan suci Ramadhan 1437 H. Banyak warga yang berpartisipasi dalam hal ini.
c. Ceramah Terawih
Waktu : Minggu, 5 Juni 2016 s.d.
Senin, 4 Juli 2016 ( setelah sholat Isya’ selama dan sebelum sholat bulan
ramadhan)
Tempat : Masjid Asy-Syifa’
Penceramah : (Lihat daftar penceramah pada
lampiran arsip-arsip)
d. Tadarus Al-quran
Waktu : Minggu, 5 Juni 2016 s.d.
Senin, 4 Juli 2016 ( setelah sholat witir dan setelah ceramah subuh )
Tempat : Masjid Asy-Syifa’
Peserta : Anak-anak TPA, remaja, dan
Ibu-Ibu.
e. Ceramah Subuh
Waktu : Senin, 6 Juni 2016 s.d.
Senin, 5 Juli 2016 ( setelah sholat subuh)
Tempat : Masjid Asy-Syifa’
Penceramah : (Lihat daftar penceramah pada
lampiran arsip-arsip)
f. Pengajian Umum dan Buber
Warga I
Waktu : Selasa, 14 Juni 2016 (pukul
16.00 WIB)
Tempat : Masjid Asy-Syifa’ Lat.1
Peserta : Seluruh warga
Penceramah : Drs. KH. M. Nawawi, M.SI
Pelaksanaan : berjalan dengan meriah
g. Training Perawatan Jenazah
Waktu : Minggu, 19 Juni 2016 (pukul
09.00 WIB)
Tempat : Masjid Asy-Syifa’ Lat.1
Peserta : remaja putrid masjid
Asy-syifa
Pembina : Drs. KH. M. Nawawi, M.SI
Pelaksanaan : dilaksanakan dengan peserta yang
sangat antusias
Kendala : masih ada sebagian remaja
yang takut ketika praktik mengkafani jenazah.
h. Kajian Remaja
Waktu : Selasa, 21 Juni 2016
Pembicara : Ust. Subkhi Ridho
Peserta : Remaja Kepuh
Pelaksanaan : Kegiatan ini sudah terlaksana dengan baik yaitu dengan tema melek media sosial
Kendala :
Ø Kuranganya kesadaran dan partisipasi
dari Remaja Kepuh akan pentingnya kegiatan ini.
Ø Selain itu peserta dari
kajian ini juga amat kurang, mayoritas yang hadir adalah pengajar TKA/TPA.
i.
Pengajian Nuzul Qur’an
Waktu : Kamis, 23 Juni 2016 (pukul
20.00 WIB)
Tempat : Masjid Asy-Syifa’ Lat.1
Penceramah : Ust. Wahid Rasyid Lasiman
Peserta : seluruh warga
Pelaksanaan :
o Pengajian berjalan lancar
o Penjemputan, dekorasi dan
konsumsi lancar
Evaluasi :
o Undangan diedarkan terlalu
mendadak
j.
Pesantren I’tikaf
Waktu : Jumat, 24 Juni 2016 s.d. Minggu,
26 Juni 2016
Tempat : Masjid Asy-syifa’ dan
lingkungannya
Peserta : 45 Santri
Pelaksanaan : Selain penyampaian materi juga
diisi dengan lomba CCA, Adzan, Tartil, hafalan surat pendek, MTQ, Menggambar,
Mewarnai, Shalat dan Wudhu.
Kendala :
Ø Amat sedikit pengajar yang
mengikuti kegiatan ini.
Ø Sebagian pengajar yang
tidak memahami teknis pelaksanaan.
k. Pengajian Umum dan Buber
Warga II
Waktu : Sabtu, 25 Juni 2016 (pukul
16.00 WIB)
Tempat : Masjid Asy-Syifa’ Lat.1
Peserta : Seluruh warga
Penceramah : Drs. KH. M. Nawawi, M.SI
Pelaksanaan :-
Kendala :
l.
Khotmil Qur’an 1437 H
Waktu : Kamis, 30 Juni 2016
(20.30-22.00)
Tempat : Masjid Asy-Syifa’ dan
lingkungannya
Peserta : jamaah tadarusan Al-quran
& santriwan-santriwati Masjid Asy-Syifa’
Pelaksanaan : pembacaannya dimulai dari surat
Ad-dhuha sd. an-nas dengan teknik bacaan satu persatu peserta khotmil quran dan
doa oleh K. H. M. Nawawi MSi. Kemudia dilanjutkan dengan syukuran & makan
tumpeng bersama
m. Pengajian PUISIKU dan Buber
Warga III
Waktu : Minggu, 3 Juli 2016 (pukul
16.00 WIB)
Tempat : Masjid Asy-Syifa’ Lat.1
Peserta : Seluruh warga
Penceramah : Drs. KH. M. Nawawi, M.SI
Pelaksanaan : jamaahnya itu dari bebagai kampung
seperti: samirono, Kepuh, dan Iromerjan, dll.
Kendala : Ada sebagian jamaah yang dari
luar kampung itu telat datangnya.
n. Lomba Takbiran 1437 H
Waktu : Selasa, 5 Juli 2016
(setelah Sholat Isya’)
Tempat : di LPP
Peserta : jamaah masjid Asy-syifa’,
Remaja Kepuh, Santri TPA dan TKA
Pelaksanaan : dimeriahkan oleh semua masyarakat
Kepuh dan sekitarnya dan dengan adanya pembuatan mascod, serta penampilan
drumband dan tari dari remaja maupun santri masjid asy-syifa. Dan alhamdulilah
mendapat juara 1 (juara Umum
o. Pengajian Umum dan Syawalan
Waktu : Kamis, 21 Juli 2016 (pukul
16.00 WIB)
Tempat : Masjid Asy-Syifa’ Lat.1
Peserta : Seluruh warga
Penceramah : Drs. KH. M. Nawawi, M.SI
Pelaksanaan : peserta yang hadir kurang maksimal.
Kendala : waktu yang molor.
Ø Kegiatan TKA-TPA ASY-ASYIFA’
Taman Kanak-kanak Al-Qur’an dan Taman Pendidikan
Al-Qur’an Asy-Syifa’ merupakan suatu lembaga guna mencetak santriwan serta santriwati yang berbudi
pekerti luhur dan berakhlak mulia dengan mengedepankan nilai-nilai yang
terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.Sebagai suatu lembaga yang bergerak
dalam bidang keagamaan, TKA/TPA Asy-Syifa’berupaya memberikan pengajaran serta
pendidikan dalam aspek keagamaan dan pengetahuan umum karena hal ini merupakan
bekal utama dalam menjalani kehidupan. Pengajaran serta pendidikan tersebut
mencakup segala materi keagamaan, akhlak dalam kehidupansehari-hari, pergaulan terhadap sesama muslim maupun non muslim
serta keteladanan dari para ustadz- ustadzah.
TKA-TPA Asy-Syifa’ berdiri sekitar 39 tahun
yang lalu sebelum
Masjid Asy-Syifa’ berdiri yang bertempat di rumah Mbah Kromo Pawiro,
Bu Djoyo Simus dan Bapak Ruslan. Sebelum bernama TKA-TPA Asy-Syifa’, lembaga ini bernama Pengajian Anak-Anak Umat Islam Kepuh yang mana kegiatan yang dilaksanakan tidak berbeda jauh dengan
TKA-TPA sekarang ini. Kemudian setelah Masjid Asy-Syifa’ berdiri yaitu pada 27
September 1983, kegiatan yang semula di
rumah warga berpindah ke Masjid Asy-Syifa’. Seiring dengan berjalannya waktu Pengajian Anak-Anak ini semakin dikenal masyarakat dan bahkan mengalami masa keemasaanya itu pada tahun 90-an. Guna menyesuaikan nama, maka Pengajian Anak-Anak Umat Islam Kepuh berganti nama menjadi
TKA-TPA Asy-Syifa’ Kepuh. Inilah sejarah singkat berdirinya TKA-TPA Asy-Syifa’ Kepuh.
Contoh kegiatan TKA-TPA
Asy-syifa’ selama Ramadhan 1437 H / 2016
Kegiatan:
Ø
Aksi Sambut Ramadhan
·
minggu , Tanggal 3 Juni 2016
·
Peserta santriwan-santriwati TKA-TPA Asy-syifa’, Remaja Masjid
Asy-syifa’,WaliSantri ,
·
Rute Masjid asy-syifa’ – jalan Urip Sumoharjo –MusholaArrahmat – masjid
asy-syifa’
Kendala
Jam pemberangkatan aksi
sambut ramadhan molor dan kurang meriah
Ø
Mengaji setiap hari ,di mulai pukul 16.00 wib – 17.30 WIB dilanjutkan
buka bersama dan sholat maghrib berjamaah
Ø
Rata – rata santri yang datang mengaji TKA 20 santri , untuk TPA 25 santri
Ø
Materi yang di sampaikan selama bulan ramadhan , akidah, sejarah nabi,
fikih , iqro’ dan al-qur’an.
Ø
Pesantren I’tikaf
·
Hari Jumat, Sabtu, Minggu, Tanggal 24, 25 dan 26 Juni 2016
·
Peserta dari TPA Asy-syifa’
·
Jumlah Peserta semua 35 Orang
Ø
Lomba Takbiran Idul Fitri 1437 H
·
Hari Selasa,5 Juli 2016
·
Tempat di halaman LPP
·
Dengan thema Ceria Dalam Menyambut Idul Fitri 1437 H
·
Peserta TKA-TPA , Remaja masjid Asy-syifa’, wali santri dan pengajian
bapak – bapak
·
Juara 1Lomba takbiran idul fitri 1437 H se- Klitren dan Juara Umum se Kelurahan
klitren, Gondokusuman tahun 2016
Ø
Lomba Pentas Seni dan Syawalan Idul Fitri 1437 H
·
Hari Minggu , 24 Juli 2016
·
Tempat Masjid Nurul Islam Klitren
·
Peserta Masjid se wilayah klitren
·
Dari masjid asy-syifa’ menampilkan Gerak dan Lagu yang di ikuti santri
TPA masjid asy-syifa’
·
Juara 3 untuk pentas seni
E. Mengatasi
Problematika Masjid di Asy-Syifa’
Setiap problematika
yang muncul perlu diatasi sesuai dengan keadaan dan kemampuan pengurusa dan
jamaah masjid. Tentu saja tidak semuanya dapat diatasi, tetapi ada yang dapat
ditanggani dengan baik dengan mendahulukan yang lebih patut. Teknis pemecahan
masalah pada umumnya manjur dengan cara bertahap, karena terapi yang drastic
cenderung mengakibatkan mengejutkan. Meski pendekatan berjenjang ini agak
memakan waktu, sasaran terpenting adalah suksesnya mencapai tujuan. [19]
Problematika yang muncul tidak boleh dibiarkan berlarut, sehingga keadaan
semakin parah dan berat,setiap masalah yang muncul sebaiknya diatasi segera
mungkin. bertindak tahab awal akan lebih ringan jika dibandingkan dengan
mengatasi sesutu yang terlanjur kronis. Namum, kesemua itu terpulang kepada
faktor manusianya, nyakni pengurus dan jamaahnya: mampukah mereka mengatasinya
dengan baik.
a. Musyawarah
Dalam mengatasi problematika masjid, antara pengurus dan jamaah masjid
perlu senantiasa melakukan musyawarah. Melalui musyawarah ini diharapkan
berbagai pemikiran dan pandangan dapat dikemukakan dalam mencari arternatif
pemecahan yang terbaik. Pemekiran dan pandangan bersama akan lebih kuat dan
mantap dalam memecahkan dan mengatasi suatu problematika yang sedang dihadapi.
Wahaya musyawarah ini tentu tidak hanya di manfaatkan dalam menghadapi dan
mengatasi probematika masjid, tetapi juga diperlukan dalam hal yang menyangkut
kegiatan-kegiatan masjid. Berbagai kegiatan masjid akan berjalan dengan baik
dan lancer apabila dimusyawarahkan dan dilaksanakan secara bersama-sama.
b. Keterbukaan
Menerapkan keterbukaan dalam mengelola masjid sama pentingnya dengan musyawarah.
Keterbukaan bukan saja akan menumbuhkan kepercahayaan jamaah tehadadap
pengurus, melaikan juga akan terdorong terlaksananya kegiatan dengan baik dan
hubungan kerja yang baik antara pengurus dan jamaah, baik dalam melaksanakan
berbagai kegiatan maupun dalam mengatasi berbagai problemtika masjid. [20]
Keterbukaan tidak akan tercipta apabila pengurus bersifat tertutup. Oleh
karena itu, pengurus masjid harus bersifat terbuka dan memiliki keterbukaan.
Dengan sikap begitu, mereka memiliki kekuatan untuk menggerakkan jamaahnya.
Jamaah pun akan merasa ikhlas menyumbang pemikiran, senang turut melaksanakan
berbagai kegiatan, dan terlibat dalam mengatasi berbagai problematika masjid.
Interaksi yang demikian yang akan memajukan dan memakmurkan masjid.
c. Kerja Sama
Hubungan dan kerja sama pengurus dan jamaah sangat diperlukan dalam
mengatasi problematika masjid. Tampa kerja sama, masalah tetap tinggal masalah.
Dalam khasus masjid mengalami kerusakan berat, misalnya, tak banyak yang dapat
diperkejakan tampa adanya bantuan dan peran serta jamaah. Kerja sama juga dapat
meringankan pengurus dalam melaksanakan berbagai kegiatan masjid.
Syarat untuk memelihara
keterbukaan adalah suasana demokratis atau musyawarah. Pengurus dan jamaah
yang memiliki rasa tanggug jawab yang besar serta menyadari tanggung
jawab mereka sebagai muslim yang diperintahkan oleh Allah SWT agar memakmurkan
masjid tentu tidak tinggal diam ketika masjid dililit masalah. Mereka dituntut
aktif dan serius dalam menghadapinya. Jika meraka pasif dan masa bodoh, probem
yang dihadapi makin serius.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Demikianlah sekilas penjelasan mengenai masjid sebagai
pusat pendidikan Islam dan fungsi-fungsinya pada masa Islam
klasik dan
perbandingannya dengan permasalahan/problem di dalam masjid yang muncul pada
masa sekarang ini, serta kegiatan masjid Asy-syifa’ dalam memberikan dakwah
Islam di wilayah Gondokusuman. Sehingga dapat ditarik benang merah bahwasannya
fungsi masjid sebagai lembaga pendidikan zaman klasik lebih maju karena
dipusatkan dalam masjid daripada zaman sekarang ini. Tentunya masih banyak lagi yang belum tercantum dalam
tulisan ini. Penulis menyadari keterbasan-keterbatasan sekaligus memberi
peluang kepada penulis lain untuk membahasnya lebih dalam.
Salabi, Ahmad. 1973.
Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Ramayulis. 1994. Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Mursyi, Muhammad Munir. 1982. Al Tarbiyah Al Islamiyah. Kairo: Dar al Kutb.
Hasan Abdul Ali. 1977. Al
Tarbiyah Al Islamiyah fi Qurn al Rabi’ al Hijry. Dar al Fikr: Mesir.
Quraish Shihab. Wawasan
Al Qur’an. Bandung: Mizan. 1996.
Abdurrahman An
Nahlawi. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat. Jakarta:
Gema Insani Press. 1996
Hamid Hasan Bilgrami dan
Sayyid Ali Asyraf. Konsep Universitas Islam. Yogyakarta: Tiara Wacana. 1989,
Hasan Langgulung.
Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al Husna. 1988, 87
Abdurrahman An
Nahlawi. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam. Bandung: Diponegoro. 1989
Atiyah al Abrasyi. Dasar-dasar
Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 1999, 58
Zuhairini. Sejarah
Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 1995, 35
Moh. Ayub. Manajemen
Masjid: Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus. Jakarta: Gema Insani Press. 1996.
Drs. H.
Ahmad Yani, Panduan Memakmurkan Masjid, Al-Qalam, Jakarta,
2009. Hlm 27
Zainal
Abidin Jamaris, Persaudaraan Antar Masjid, Media Dakwah,
Jakarta Pusat. 1986.
Lampiran
[1] Ahmad Salabi. Sejarah
Pendidikan Islam. Bulan Bintang: Jakarta. 1973, 58
[2] Ramayulis. Ilmu
Pendidikan Islam. Kalam Mulia: Jakarta. 1994, 87
[4] Hasan Abdul Ali. Al
Tarbiyah Al Islamiyah fi Qurn al Rabi’ al Hijry. Dar al Fikr: Mesir. 1977,
27
[5] Quraish Shihab. Wawasan
Al Qur’an. Bandung: Mizan. 1996, 460
[6] Abdurrahman An
Nahlawi. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat.
Jakarta: Gema Insani Press. 1996, 137
[7] Quraish Shihab. Wawasan
Al Qur’an, 462
[8] Hamid Hasan Bilgrami dan
Sayyid Ali Asyraf. Konsep Universitas Islam. Yogyakarta: Tiara
Wacana. 1989, 29
[9] Kuttab adalah
sejenis tempat belajar yang mula-mula lahir di dunia Islam. Pada awalnya kuttab berfungsi
sebagai tempat memberikan pelajaran membaca dan menulis bagi anak-anak.
Lihat Ensiklopedi Islam. Jilid III. Jakarta: Ichtiar Baru van
Hoeve. 2002, 86
[10] Ramayulis. Ilmu
Pendidikan Islam, 87
[11] Hasan Langgulung.
Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al Husna. 1988, 87
[12] Abdurrahman An
Nahlawi. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam. Bandung:
Diponegoro. 1989, 190
[13] Atiyah al Abrasyi. Dasar-dasar
Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 1999, 58
[14] Zuhairini. Sejarah
Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 1995, 35
[15] Quraish Shihab. Wawasan
Al Qur’an, 459
[16] Ibid, 459
[17] Moh. Ayub. Manajemen
Masjid: Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus. Jakarta: Gema Insani Press.
1996, 7
[18] Ibid, 77
[20] Zainal Abidin Jamaris, Persaudaraan
Antar Masjid, Media Dakwah, Jakarta Pusat. 1986. Hlm 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar