Sabtu, 17 Februari 2018

ham dalam islam


Macam Macam HAM Dalam Islam
a.      Hak Hidup

Hak yang pertama kali dianugerahkan islam diantara HAM lainnya adalah hak untuk hidup dan menghargai kehidupan manusia. Masalah balasan untuk seseorang yang melanggar hak ini akan diadili oleh lembaga hukum yang kompeten.[1] Larangan membunuh seseorang juga telah banyak dijelaskan dalam ayat ayat Al Qur’an antara lain yaitu:

QS. Al Isra’ ayat 33

وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ۗوَمَنْ قُتِلَ مَظْلُومًا فَقَدْ جَعَلْنَا لِوَلِيِّهِ سُلْطَانًا فَلَا يُسْرِفْ فِي الْقَتْلِ ۖإِنَّهُ كَانَ مَنْصُورًا

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar[853]. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan[854] kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.

QS. Al An’aam  ayat 151

قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَلا تَقْتُلُوا أَوْلادَكُمْ مِنْ إِمْلاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلا بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar[518]." Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).

b.   Hak Hak Milik

وَلا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (١٨٨
Al-baqarah ayat 188
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.
An- Nisa’ ayat 29

ﻴٰﺎ َﻴُّﻬَﺎﺍﻠّﺬِﻴْﻦَ ﺍٰﻤَﻨُﻭﺍ ﻻَﺘﺄﻜُﻠﻭﺍ ﺍَﻤْﻮَﺍﻠَﻜُﻢْ ﺒَﻴْﻨَﻜُﻢ ﺒِﺎ ﻠْﺒَﺎﻄِﻞِ ﺍِﻻﱠ ﺃﻦْ ﺘَﻜُﻮﻦَ ﺘِﺠَﺎﺮَﺓً ﻋَﻦْ ﺘَﺮَﺍﺾٍ ﻤِّﻧْﻜﻢْ ۚ
ﻮَﻻَﺘَﻘﺘﻠﻮﺍ ﺃﻧﻔﺴﻜﻢۚ ﺇﻦﺍﷲ ﻜﺎﻦﺑﻜﻢ ﺮﺤﻴﻤﺎ


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu[287]; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Agama Islam Bersamaan Dengan perlindungan persamaan hidupjuga telah menganugerahkan jaminan keaamanan terhadap pemilik harta benda bagi setiap manusia. Khususnya harta benda yang telah didapatkan dengan jalan yang sah menurut hukum.[2]
Hak ini mencakup hak-hak untuk dapat menikmati dan mengkonsumsi harta, hak untuk investasi dalam berbagai usaha, hak untuk mentransfer, serta hak penduduk untuk mendiami tanah miliknya.[3]

Cortoh:

Pada zaman kekhalifahan sayidina Umar,pernah terjadi seorang petani Syria mengadu bahwa pasukan muslim telah menginjak-injak tanpa sengaja hasil pertaniannya kemudian sayidina Umar pasukannya untuk membayar sejumlah puluhan ribu dirham kepada orang tersebut dari kas negara sebagai kompensasi.[4]

c.       Perlindungan Kehormatan


Al-Hujurat ayat 11

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ


Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

hak terpenting ketiga yang dianugerahkan islam adalah hak perlindungan kehormatan. Hak ini melarang kaum muslimin untuk saling menyerang kehormatan orang lain dengan cara apapun. Kaum muslim terikat untuk menjaga kehormatan orang lain. Seseorang yang mengganggu kehormatan orang lain dapat dihukum oleh pengadilan isalm segera setelah terbukti kesalahannya. Negara islam itu juga terikat harus melindungi kehormatan warga negaranya tanpa diskriminasi.[5]




Contoh:

Dulu ketika masa kekhalifahan sayidina Umar pernah ada seseorang dari Bani Hazil yang dibunuh oleh seorang gadis karena dia menyerang kehormatannya, akan tetapi sayidina Umar menyatakan bahwa gadis tersebut tdak bersalah meskipun ia telah membunuh.[6]

d.      Keamanan Dan Kesucian Kehidupan Pribadi

An-Nur ayat 27

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّىٰ تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَىٰ أَهْلِهَا ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.

Islam mengakui adanya hak keluasan hidup pribadi setiap orang. Islam melarang ikut campur tangan dan melanggar batas secaa tidak wajar atas kehidupan pribadi seseorang. Nabi Muhamma saw. sampai-sampai telah mengajarkan pengikutnya bahwa seseorang tidak boleh memasuki rumah beliau sendiri secara tiba-tiba. Sispapun paling tidak harus memberitahu atau memberi tanda padapenghuni rumah bahwa dia akan datang atau masuk.[7]

Contoh:

Pernah terjadi ketika Khalifah Sayidina Umar mendengar seorang laki-laki menyanyi di dalam suatu rumah, beliau mengintip kedalam rumah itu dari atas dinding karena curiga akan ada kemaksiatan terjadi, beliau melihat ada seorang wanita dan laki-laki sambil membawa minuman anggur. Kemudian beliau menncela mereka tapi karena teringat akan fakta bahwa beliau juga telah melanggar hak pribadi mereka, maka beliau tidak jadi memberi hukuman kepada orang itu dan menerima kesalahannya sendiri. Beliau akhirnya membebaskan orang itu setyelah terlebih dahulu mengambil sumpahnya untuk hidup dalam kesalehan di masa-masa mendatang. [8]



e.      Perlindungan Dari Hukuman Penjara Yang Sewenang Wenang

QS. Al-An’am ayat 104

قَدْ جَاءَكُمْ بَصَائِرُ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ فَمَنْ أَبْصَرَ فَلِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ عَمِيَ فَعَلَيْهَا ۚ وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِحَفِيظٍ

Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka barangsiapa melihat (kebenaran itu)[496], maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali kepadanya. Dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara(mu).

 Agama Islam mengakui hak individu seseorang bahwa tidak dapat ditahan atau dipenjarakan atas tindakan kejahatan dan pelanggaran orang lain. Al Qur’an telah menjelaskan hal ini secara eksplisit. Setiap orang itu bertanggungjawab atas tindakannya sendiri. Jika ada orang lain tidak ikut dalam tindakannya itu, maka dia tidak dapat dianggap bertanggung jawab meskipun ia kerabat dekat pelakunya.[9]

Contoh:

 pernah terjadi ketika seorang penguasa muslim yang bernama Hajjad bin Yusuf ingin mengukum seorang laki-laki hanya disebabkan saudaranya melakukan kejahatan. Namun, pada akhirnya dia tidak jadi melakukannya karena ia teringat pada kandungan ayat Al-Qur’an bahwa”tidak ada orang yang harus memikul dosa orang lain.”[10]









f.        Hak Untuk Memprotes Kezaliman

An-Nisa’ ayat 148

 لَا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ ۚ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا

Allah tidak menyukai ucapan buruk[371], (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya[372]. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.


Ali Imran ayat 110

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

ma'ruf Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.


Islam telah menganugerahkan hak bagi seluruh umat manusia untuk mengecam kezaliman pemerintah. Al Qur’an telah menegaskan hal tersebut. Nabi Muhammad saw. juga menganggap protes zalim itu sebagai jihad paling utama.[11]

Contoh :

Suatu ketika Sayidina Umar naik ke mimbar dan berkata, “Wahai kaum muslim, jika aku lebih condong kepada keduniawian, maka apa yang akan kamu lakukan?” Seorang laki-laki lalu berdiri dan mencabut pedangnya seraya berkata, “Kami akan memenggal kepalamu.” Untuk mengetes keberaniannya, Sayidina Umar bertanya kepadanya, “Apakah benar-benar engkau memakai kata seperti itu kepadaku?” Orang itu menjawab, “Ya, memang begitu.” Akhirnya Sayidina Umar berkata, “Segala puji bagi Allah, dengan adanya orang seperti ini dalam umat ini yang jika aku salah dia akan meluruskanku.[12]

g.      Kebebasan Berekspresi

Agama islm menganugerahkan hak kebebasan berfikir untuk mengungkapkan pendapat kepada seluruh umat manusia. Kebebasan berekspresi ini tidak hanya diberikan kepada warga negara ketika melawan tirani, namun juga bagi warga suatu negara islam untuk bebas mempunyai pendapat-pendapat yang berbeda dan mengekspresikannya berkenaan dengan berbagai masalah. Kebebasan berpendapat ini harus dimanfaatkan dengan tujuan mensyiarkan kebijakan serta tidak untuk menyebarkan kejahatan dan kebijakan.[13]

Contoh:

Suatu ketika ada seseorang berdiri dan terus-menerus berkata, “wahai Umar, takutlah kepada Allah.” Lalu salah seorang dari mereka yang hadir menahannya agar dia tidak berbicara lebih banyak, tapi Sayidina Umar berkata, “ Biarkanlah ia berkata, jika orang-orang ini tidak berbicara, maka mereka sia-sia berada disini; dan jika kita tidak mendengarkan mereka, maka kita pun tidak berguna.”[14]


h.      Kebebasan Hati Nurani dan Keyakinan


Al Baqarah ayat 256

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ


Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.




Agama islam memberikan hak kebebasan suara hati nurani dan keyakinan kepada seluruh umat manusia. Kaum muslim dibolehkan mengajak orang-orang non muslim menuju jalan islam, tetapi merka tidak dapat memaksakan kehendak. Umat islam tidak boleh mempengaruhi siapapun untuk menerima agama islam dengan cara melakukan tekanan-tekanan sosial politik. Nabi Muhammad saw. diutus Allah SWT untuk Menyampaikan semua petunjuk-Nya . beliau menyadari bahwa beliau tidak akan memaksa seseorang pun untuk masuk agama islam. Rasulallah saw. sepanjang hidupnyatelah menganut prinsip kebebasan nuranidan keyakinan ini.[15]


Contoh:

Astiq adalah seorang budak nasrani milik sayidina Umar. Umar sering mempengaruhinya untuk masuk agama islam. Ketika Astiq menolak sayidina Umar hanya dapat berucap, “Tidak ada paksaan dalam beragama.”[16]


i.        Kebebasan Berserikat

QS. Ali Imran (104-105)

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,





Agama islm telah menganugerahkan kepada rakyat hakuntuk membentuk perkumpulan dan partai atau organisasi. Sebagaimana telah dinyatakan dalam QS. Ali Imran (104-105), hak ini bukanlahmerupakan sebuah hak yang mutlak, namun harus dijalankan menurut pembatasan-pembatasan umum tertentu. Yakni hak ini harus dilaksanakan untuk tujuan propaganda (dakwah) amal-amal kebaiakan dan kesalihan, serta harus digunakan untuk menumpas kejahatan dan kesesatan.[17]

Contoh:

Pada masa kekhalifahan Sayidina Ali, terdapat sekelompok kaum muslim yang dikenal dengan kaum Khawarij. Mereka biasa mencacimaki Khalifah dan mengancam akan membunuhnya, akan tetapi setiap ditankap oleh petugas, Sayidina Ali selalu membebaskannya dan bekata kepada petugasnya. “ Selama mereka tidak secara nyata mengadakan pelanggaran terhadap negara, jika sekedar penggunaan kata
yang kasar, maka tidaklah termasuk pelanggaran sehingga mereka harus ditahan.”[18]



j.        Kebebasan Berpindah

QS. Al-Baqarah ayat 84-85

Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu (yaitu): kamu tidak akan menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan kamu tidak akan mengusir dirimu (saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu, kemudian kamu berikrar (akan memenuhinya) sedang kamu mempersaksikannya. Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat[68].


Islam menganugerahkan hak untuk bebas bergerak atau berpindah kepada umat manusia. Negara islam tidak membatasi setiap warga negaranya untuk bertempat tinggal dalam suatu bagian tertentu dalam wilayah negaranya. Begitu juga, tidak ada seorang pun yang dapat dilarang untuk keluar dari wilayah negeri dalam keadaan wajar. Al Qur’an selain menyebukan dosa yang dilakukan oleh kaum yahudi juga menyingkap bahwa mereka biasa mengusir orang-orang dari rumah meraka. Negara islam hanya boleh mengasingkan atau membuang orang yang telah melanggar hukum.[19]

Contoh:

Sayidina Ali selama kekhalifahannya telah menyatakan kepada kaum Khawarij yang menentang kekhalifahannya bahwa mereka dapat bertempat tinggal di mana pun dalam wilayah negara islam ini. Tidak ada tindakan yang diambil terhadap mereka kecuali jika mereka jelas-jelas mengadakan pelanggaran terhadap negara secara nyata.[20]



k.      Persamaan Hak Dalam Hukum

An-Nisa’ ayat 1

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا (١

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

Agama islam menekankan persaman seluruh umat manusia dimat Allah, yang menciptakan manusia dari asal yang sama dan kepada-Nya lah semua harus taat dan patuh. Masalah superior manusia yang berkenaan dengan asal usul manusiakembali ditekankan bahwa agam islam tidak mengakui adanya hak istimewa yang berdasarkan kelahiran, kebangsaan,ataupun halangan buatan lainnya yang dibentuk oleh manusia itu sendiri.


l.        Hak Mendapatkan Keadilan

Hak ini adalah suatu hak yang sangat penting dimana agama islam telah menganugerahkannya kepada setiap orang sebagai umat manusia. sesungguhnya agama islam telah datang ke duniaini untuk menegakkan kedilan, sebagaimana Al-Qur’an menyatakan:

QS. Al-Hadid ayat 25

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ (٢٥)

Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.

Umat islam diperintahkan menjujung tinggi keadilan meskipun kepentingan mereka sendiri dalam keadaan bahaya.[21]









m.    Hak Mendapatkan Kebutuhan Dasar Manusia

Agama isalm telah mendukung hak bagi setiap manusia untuk mendapatkan keperluan dan kebutuhan dasarhidup manusia. Al-Qur’an dengan jelas telah menegaskan bawasannya di dalam harta benda mereka yang kaya terdapat suatu hak bagi mereka yang tidak mempunyai apa-apa. Dan ini merupakan kewajiban atas setiap individu muslim dan instuisi kolektif mereka termasuk negara itu sendiri untuk membantu mereka yang kehilangan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar hidup mereka.[22]

Contoh:

Sayidina Abu Hurairah meriwayatkan bahwa ketika ada pemakaman seseorang yang meninggal dunia sementara ia memiliki utang dan dibawa rasulallah saw. untuk di shalatkan, Rasulallah seperti biasa bertanya apakah si almarhu meniggalkan harta untuk membayar tanggungannya, dan jika jawabannya iya maka beliau akan memimpin shalat jenazah itu, tetapi jika tidak, beliau meminta yang lain untuk menjadi imamnya. Namun kemudian, setelah setelah tercapai kemenangan kemenangan kau muslimin, Rasulallah bersabda dalam sebuah khutbahnya; “ Aku lebih dekat kepada umatku dari pada mereka sendiri, dan demikian jika ada orang isam meninggal dunia dan berhutang maka menjadi tanggung jawabku untuk membayar utang-utangnya adapun harta yang iya tinggalkan adalah untuk ahli-ahli warisnya.”[23]

n.      Hak Mendapatkan Pedidikan

QS. Yunus ayat 101

قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَمَا تُغْنِي الْآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ
Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman."

Agama islam telah mewnegaskan tentang pentingnya hak bagi setiap insan untuk menuntut ilmu bagi dirinya. Rasulullah saw. memerintahkan kepada setiap oreang islam untuk mencari ilmu pengetahuan dan hal ini menjadi kewajiban bagi setiap musli baik laki-laki maupun perempuan.[24]


[1] DR. Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 60
[2]DR. Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal.61
[3] Ibid, hal. 62
[4] DR. Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal.  62
[5] DR. Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal.63
[6] DR. Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 63
[7] DR. Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 65
[8] DR. Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 65
[9]  DR. Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 69
[10] DR. Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 69
[11] DR. Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 70
[12] DR. Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 70-71
[13] DR. Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 71
[14] DR. Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 73
[15] DR. Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 74
[16] DR. Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 74
[17] DR. Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 84
[18] DR. Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 85
[19] DR. Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 85
[20] DR. Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 85
[21] DR. Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 90
[22] DR. Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 92
[23] DR. Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 93
[24] DR. Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 95