Macam Macam HAM Dalam Islam
a. Hak Hidup
Hak yang pertama kali dianugerahkan islam
diantara HAM lainnya adalah hak untuk hidup dan menghargai kehidupan manusia.
Masalah balasan untuk seseorang yang melanggar hak ini akan diadili oleh
lembaga hukum yang kompeten.[1]
Larangan membunuh seseorang juga telah banyak dijelaskan dalam ayat ayat Al
Qur’an antara lain yaitu:
QS. Al Isra’ ayat 33
وَلَا تَقْتُلُوا
النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ۗوَمَنْ
قُتِلَ مَظْلُومًا فَقَدْ جَعَلْنَا لِوَلِيِّهِ سُلْطَانًا فَلَا يُسْرِفْ فِي
الْقَتْلِ ۖإِنَّهُ
كَانَ مَنْصُورًا
Dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu
(alasan) yang benar[853]. Dan barangsiapa dibunuh secara
zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan[854]
kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam
membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.
QS. Al An’aam ayat 151
قُلْ تَعَالَوْا
أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَلا تَقْتُلُوا أَوْلادَكُمْ مِنْ إِمْلاقٍ نَحْنُ
نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا
بَطَنَ وَلا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلا بِالْحَقِّ
ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Katakanlah: "Marilah kubacakan
apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu
mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu
bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami
akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang
tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar[518]."
Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).
b. Hak Hak Milik
وَلا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ
بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ
أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (١٨٨
Al-baqarah
ayat 188
Dan
janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.
An- Nisa’ ayat 29
ﻴٰﺎ َﻴُّﻬَﺎﺍﻠّﺬِﻴْﻦَ ﺍٰﻤَﻨُﻭﺍ ﻻَﺘﺄﻜُﻠﻭﺍ ﺍَﻤْﻮَﺍﻠَﻜُﻢْ
ﺒَﻴْﻨَﻜُﻢ ﺒِﺎ ﻠْﺒَﺎﻄِﻞِ ﺍِﻻﱠ ﺃﻦْ ﺘَﻜُﻮﻦَ ﺘِﺠَﺎﺮَﺓً ﻋَﻦْ ﺘَﺮَﺍﺾٍ ﻤِّﻧْﻜﻢْ ۚ
ﻮَﻻَﺘَﻘﺘﻠﻮﺍ ﺃﻧﻔﺴﻜﻢۚ ﺇﻦﺍﷲ ﻜﺎﻦﺑﻜﻢ
ﺮﺤﻴﻤﺎ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu[287];
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
Agama Islam Bersamaan Dengan perlindungan
persamaan hidupjuga telah menganugerahkan jaminan keaamanan terhadap pemilik harta
benda bagi setiap manusia. Khususnya harta benda yang telah didapatkan dengan
jalan yang sah menurut hukum.[2]
Hak ini mencakup hak-hak untuk dapat menikmati
dan mengkonsumsi harta, hak untuk investasi dalam berbagai usaha, hak untuk
mentransfer, serta hak penduduk untuk mendiami tanah miliknya.[3]
Cortoh:
Pada zaman kekhalifahan sayidina Umar,pernah
terjadi seorang petani Syria mengadu bahwa pasukan muslim telah menginjak-injak
tanpa sengaja hasil pertaniannya kemudian sayidina Umar pasukannya untuk
membayar sejumlah puluhan ribu dirham kepada orang tersebut dari kas negara
sebagai kompensasi.[4]
c. Perlindungan Kehormatan
Al-Hujurat ayat 11
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا
مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا
أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ
ۚ وَمَنْ لَمْ
يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik
dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya,
boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu
sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
sesudah iman[1410] dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka
mereka itulah orang-orang yang zalim.
hak terpenting ketiga yang dianugerahkan islam
adalah hak perlindungan kehormatan. Hak ini melarang kaum muslimin untuk saling
menyerang kehormatan orang lain dengan cara apapun. Kaum muslim terikat untuk
menjaga kehormatan orang lain. Seseorang yang mengganggu kehormatan orang lain
dapat dihukum oleh pengadilan isalm segera setelah terbukti kesalahannya.
Negara islam itu juga terikat harus melindungi kehormatan warga negaranya tanpa
diskriminasi.[5]
Contoh:
Dulu ketika masa kekhalifahan sayidina Umar
pernah ada seseorang dari Bani Hazil yang dibunuh oleh seorang gadis karena dia
menyerang kehormatannya, akan tetapi sayidina Umar menyatakan bahwa gadis tersebut
tdak bersalah meskipun ia telah membunuh.[6]
d. Keamanan Dan Kesucian Kehidupan
Pribadi
An-Nur ayat 27
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّىٰ تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا
عَلَىٰ أَهْلِهَا ۚ
ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang
bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang
demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.
Islam mengakui adanya hak keluasan hidup
pribadi setiap orang. Islam melarang ikut campur tangan dan melanggar batas
secaa tidak wajar atas kehidupan pribadi seseorang. Nabi Muhamma saw.
sampai-sampai telah mengajarkan pengikutnya bahwa seseorang tidak boleh
memasuki rumah beliau sendiri secara tiba-tiba. Sispapun paling tidak harus
memberitahu atau memberi tanda padapenghuni rumah bahwa dia akan datang atau
masuk.[7]
Contoh:
Pernah terjadi ketika Khalifah Sayidina Umar
mendengar seorang laki-laki menyanyi di dalam suatu rumah, beliau mengintip
kedalam rumah itu dari atas dinding karena curiga akan ada kemaksiatan terjadi,
beliau melihat ada seorang wanita dan laki-laki sambil membawa minuman anggur.
Kemudian beliau menncela mereka tapi karena teringat akan fakta bahwa beliau juga
telah melanggar hak pribadi mereka, maka beliau tidak jadi memberi hukuman
kepada orang itu dan menerima kesalahannya sendiri. Beliau akhirnya membebaskan
orang itu setyelah terlebih dahulu mengambil sumpahnya untuk hidup dalam
kesalehan di masa-masa mendatang. [8]
e. Perlindungan Dari Hukuman Penjara Yang
Sewenang Wenang
QS. Al-An’am ayat 104
قَدْ جَاءَكُمْ بَصَائِرُ مِنْ
رَبِّكُمْ ۖ
فَمَنْ أَبْصَرَ فَلِنَفْسِهِ ۖ
وَمَنْ عَمِيَ فَعَلَيْهَا ۚ
وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِحَفِيظٍ
Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang;
maka barangsiapa melihat (kebenaran itu)[496], maka
(manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat
kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali kepadanya. Dan aku (Muhammad)
sekali-kali bukanlah pemelihara(mu).
Agama
Islam mengakui hak individu seseorang bahwa tidak dapat ditahan atau
dipenjarakan atas tindakan kejahatan dan pelanggaran orang lain. Al Qur’an
telah menjelaskan hal ini secara eksplisit. Setiap orang itu bertanggungjawab
atas tindakannya sendiri. Jika ada orang lain tidak ikut dalam tindakannya itu,
maka dia tidak dapat dianggap bertanggung jawab meskipun ia kerabat dekat
pelakunya.[9]
Contoh:
pernah
terjadi ketika seorang penguasa muslim yang bernama Hajjad bin Yusuf ingin
mengukum seorang laki-laki hanya disebabkan saudaranya melakukan kejahatan.
Namun, pada akhirnya dia tidak jadi melakukannya karena ia teringat pada
kandungan ayat Al-Qur’an bahwa”tidak ada orang yang harus memikul dosa orang
lain.”[10]
f.
Hak Untuk Memprotes Kezaliman
An-Nisa’ ayat 148
لَا يُحِبُّ
اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ ۚ وَكَانَ
اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا
Allah tidak menyukai ucapan buruk[371], (yang
diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya[372].
Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Ali Imran ayat 110
كُنْتُمْ
خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ
خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
ma'ruf Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik.
Islam telah menganugerahkan hak bagi seluruh
umat manusia untuk mengecam kezaliman pemerintah. Al Qur’an telah menegaskan
hal tersebut. Nabi Muhammad saw. juga menganggap protes zalim itu sebagai jihad
paling utama.[11]
Contoh :
Suatu ketika Sayidina Umar naik ke mimbar dan
berkata, “Wahai kaum muslim, jika aku lebih condong kepada keduniawian, maka
apa yang akan kamu lakukan?” Seorang laki-laki lalu berdiri dan mencabut
pedangnya seraya berkata, “Kami akan memenggal kepalamu.” Untuk mengetes
keberaniannya, Sayidina Umar bertanya kepadanya, “Apakah benar-benar engkau
memakai kata seperti itu kepadaku?” Orang itu menjawab, “Ya, memang begitu.”
Akhirnya Sayidina Umar berkata, “Segala puji bagi Allah, dengan adanya orang
seperti ini dalam umat ini yang jika aku salah dia akan meluruskanku.[12]
g. Kebebasan Berekspresi
Agama islm menganugerahkan hak kebebasan
berfikir untuk mengungkapkan pendapat kepada seluruh umat manusia. Kebebasan
berekspresi ini tidak hanya diberikan kepada warga negara ketika melawan
tirani, namun juga bagi warga suatu negara islam untuk bebas mempunyai
pendapat-pendapat yang berbeda dan mengekspresikannya berkenaan dengan berbagai
masalah. Kebebasan berpendapat ini harus dimanfaatkan dengan tujuan mensyiarkan
kebijakan serta tidak untuk menyebarkan kejahatan dan kebijakan.[13]
Contoh:
Suatu ketika ada seseorang berdiri dan
terus-menerus berkata, “wahai Umar, takutlah kepada Allah.” Lalu salah seorang
dari mereka yang hadir menahannya agar dia tidak berbicara lebih banyak, tapi
Sayidina Umar berkata, “ Biarkanlah ia berkata, jika orang-orang ini tidak
berbicara, maka mereka sia-sia berada disini; dan jika kita tidak mendengarkan
mereka, maka kita pun tidak berguna.”[14]
h. Kebebasan Hati Nurani dan Keyakinan
Al Baqarah ayat 256
لَا
إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَكْفُرْ
بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ
لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya
telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa
yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah,
maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang
tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Agama islam memberikan hak kebebasan suara
hati nurani dan keyakinan kepada seluruh umat manusia. Kaum muslim dibolehkan mengajak
orang-orang non muslim menuju jalan islam, tetapi merka tidak dapat memaksakan
kehendak. Umat islam tidak boleh mempengaruhi siapapun untuk menerima agama
islam dengan cara melakukan tekanan-tekanan sosial politik. Nabi Muhammad saw.
diutus Allah SWT untuk Menyampaikan semua petunjuk-Nya . beliau menyadari bahwa
beliau tidak akan memaksa seseorang pun untuk masuk agama islam. Rasulallah
saw. sepanjang hidupnyatelah menganut prinsip kebebasan nuranidan keyakinan
ini.[15]
Contoh:
Astiq adalah seorang budak nasrani milik
sayidina Umar. Umar sering mempengaruhinya untuk masuk agama islam. Ketika
Astiq menolak sayidina Umar hanya dapat berucap, “Tidak ada paksaan dalam
beragama.”[16]
i.
Kebebasan Berserikat
QS. Ali Imran (104-105)
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ
يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ
الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ
الْبَيِّنَاتُ ۚ
وَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217];
merekalah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan
berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah
orang-orang yang mendapat siksa yang berat,
Agama islm telah menganugerahkan kepada rakyat
hakuntuk membentuk perkumpulan dan partai atau organisasi. Sebagaimana telah
dinyatakan dalam QS. Ali Imran (104-105), hak ini bukanlahmerupakan sebuah hak
yang mutlak, namun harus dijalankan menurut pembatasan-pembatasan umum
tertentu. Yakni hak ini harus dilaksanakan untuk tujuan propaganda (dakwah)
amal-amal kebaiakan dan kesalihan, serta harus digunakan untuk menumpas
kejahatan dan kesesatan.[17]
Contoh:
Pada masa kekhalifahan Sayidina Ali, terdapat
sekelompok kaum muslim yang dikenal dengan kaum Khawarij. Mereka biasa
mencacimaki Khalifah dan mengancam akan membunuhnya, akan tetapi setiap
ditankap oleh petugas, Sayidina Ali selalu membebaskannya dan bekata kepada
petugasnya. “ Selama mereka tidak secara nyata mengadakan pelanggaran terhadap
negara, jika sekedar penggunaan kata
yang kasar,
maka tidaklah termasuk pelanggaran sehingga mereka harus ditahan.”[18]
j.
Kebebasan Berpindah
QS. Al-Baqarah ayat 84-85
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu (yaitu):
kamu tidak akan menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan kamu tidak akan
mengusir dirimu (saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu, kemudian kamu
berikrar (akan memenuhinya) sedang kamu mempersaksikannya. Kemudian kamu (Bani
Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada
kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan
membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai
tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang
bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar
terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat
demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari
kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah
dari apa yang kamu perbuat[68].
Islam menganugerahkan hak untuk bebas bergerak
atau berpindah kepada umat manusia. Negara islam tidak membatasi setiap warga
negaranya untuk bertempat tinggal dalam suatu bagian tertentu dalam wilayah
negaranya. Begitu juga, tidak ada seorang pun yang dapat dilarang untuk keluar
dari wilayah negeri dalam keadaan wajar. Al Qur’an selain menyebukan dosa yang
dilakukan oleh kaum yahudi juga menyingkap bahwa mereka biasa mengusir
orang-orang dari rumah meraka. Negara islam hanya boleh mengasingkan atau
membuang orang yang telah melanggar hukum.[19]
Contoh:
Sayidina Ali selama kekhalifahannya telah
menyatakan kepada kaum Khawarij yang menentang kekhalifahannya bahwa mereka
dapat bertempat tinggal di mana pun dalam wilayah negara islam ini. Tidak ada
tindakan yang diambil terhadap mereka kecuali jika mereka jelas-jelas
mengadakan pelanggaran terhadap negara secara nyata.[20]
k. Persamaan Hak Dalam Hukum
An-Nisa’ ayat 1
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ
وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ
عَلَيْكُمْ رَقِيبًا (١
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[263]
Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264],
dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.
Agama islam menekankan persaman seluruh umat
manusia dimat Allah, yang menciptakan manusia dari asal yang sama dan
kepada-Nya lah semua harus taat dan patuh. Masalah superior manusia yang
berkenaan dengan asal usul manusiakembali ditekankan bahwa agam islam tidak
mengakui adanya hak istimewa yang berdasarkan kelahiran, kebangsaan,ataupun
halangan buatan lainnya yang dibentuk oleh manusia itu sendiri.
l.
Hak Mendapatkan Keadilan
Hak ini adalah suatu hak yang sangat penting
dimana agama islam telah menganugerahkannya kepada setiap orang sebagai umat
manusia. sesungguhnya agama islam telah datang ke duniaini untuk menegakkan
kedilan, sebagaimana Al-Qur’an menyatakan:
QS. Al-Hadid ayat 25
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ
وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ
وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ
وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ
قَوِيٌّ عَزِيزٌ (٢٥)
Sesungguhnya
Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan
telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya
manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya
terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka
mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong
(agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya
Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
Umat islam
diperintahkan menjujung tinggi keadilan meskipun kepentingan mereka sendiri
dalam keadaan bahaya.[21]
m. Hak Mendapatkan Kebutuhan Dasar
Manusia
Agama isalm telah mendukung hak bagi setiap
manusia untuk mendapatkan keperluan dan kebutuhan dasarhidup manusia. Al-Qur’an
dengan jelas telah menegaskan bawasannya di dalam harta benda mereka yang kaya
terdapat suatu hak bagi mereka yang tidak mempunyai apa-apa. Dan ini merupakan
kewajiban atas setiap individu muslim dan instuisi kolektif mereka termasuk
negara itu sendiri untuk membantu mereka yang kehilangan pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan dasar hidup mereka.[22]
Contoh:
Sayidina Abu Hurairah meriwayatkan bahwa
ketika ada pemakaman seseorang yang meninggal dunia sementara ia memiliki utang
dan dibawa rasulallah saw. untuk di shalatkan, Rasulallah seperti biasa
bertanya apakah si almarhu meniggalkan harta untuk membayar tanggungannya, dan
jika jawabannya iya maka beliau akan memimpin shalat jenazah itu, tetapi jika
tidak, beliau meminta yang lain untuk menjadi imamnya. Namun kemudian, setelah
setelah tercapai kemenangan kemenangan kau muslimin, Rasulallah bersabda dalam
sebuah khutbahnya; “ Aku lebih dekat kepada umatku dari pada mereka sendiri,
dan demikian jika ada orang isam meninggal dunia dan berhutang maka menjadi
tanggung jawabku untuk membayar utang-utangnya adapun harta yang iya tinggalkan
adalah untuk ahli-ahli warisnya.”[23]
n. Hak Mendapatkan Pedidikan
QS. Yunus ayat 101
قُلِ
انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ
وَمَا تُغْنِي الْآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ
Katakanlah:
"Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat
tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang
yang tidak beriman."
Agama islam telah mewnegaskan tentang pentingnya hak bagi setiap insan
untuk menuntut ilmu bagi dirinya. Rasulullah saw. memerintahkan kepada setiap
oreang islam untuk mencari ilmu pengetahuan dan hal ini menjadi kewajiban bagi
setiap musli baik laki-laki maupun perempuan.[24]
[1] DR.
Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 60
[2]DR. Syekh
Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal.61
[3] Ibid,
hal. 62
[5] DR.
Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal.63
[6] DR.
Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 63
[7] DR.
Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 65
[8] DR.
Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 65
[10] DR.
Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 69
[11] DR.
Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 70
[12] DR.
Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 70-71
[13] DR.
Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 71
[14] DR.
Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 73
[15] DR.
Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 74
[16] DR.
Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 74
[17] DR.
Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 84
[18] DR.
Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 85
[19] DR.
Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 85
[20] DR.
Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 85
[21] DR.
Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 90
[22] DR.
Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 92
[23] DR.
Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 93
[24] DR.
Syekh Syaukad Hussain, Hak Asasi manusia Dalam Islam, hal. 95