Sabtu, 17 Februari 2018



KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Illahi Rabbi yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya serta berbagai upaya, saya dapat menyelesaikan laporan Observasi tugas mata kuliah Pancasila yang berjudul IMPELEMENTASI PENANAMAN NILAI-NILAI PANCASILA di SD MUHAMMADIYAH NITIKAN.
Ucapan terimakasih terutama kepada dosen mata kuliah Pancasila yaitu Dr. Erni Munastiwi, M. Pd. Yang telah membimbing  dan memberi arahan saya dalam melaksanakan observasi, kepada pihak sekolah yang telah mengizinkan saya untuk melakukan observasi ini di SD Muhammadiyah Nitikan , baik kepada Kepala Sekolah, wali kelas dan siswa yang saya observasi, karena atas kerja sama yang baik saya bisa mengerjakan laporan ini.
Observasi ini dilaksanakan pada tanggal 11 Desember 2015. Observasi ini dilakukan di SD Muhammadiyah Nitikan, Umbulharjo, Yogyakarta.
Karya tulis ini merupakan hasil Observasi lapangan yang tujuannya untuk mengetahui secara langsung Implementasi Nilai-Nilai Pancasila pada tingkat satuan pendidikan dasar.
Dalam hal ini penulis menyadari bahwa laporan ini bukanlah karya yang sempurna karena masih banyak kekurangan baik dalam hal isi, sistematika dan teknik penulisan. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan  kritik dan saran yang menbangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.


                                                                                           Yogyakarta, 14 Desember 2015

                                                                                                                 Hasan Ibadin




BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG
Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang sakral oleh bangsa Indonesia yang mana setiap warganya harus hafal dan mematuhi segala isi dalam pancasila tersebut. Namun sebagian besar warga negara Indonesia hanya menganggap pancasila sebagai dasar negara atau ideologi semata tanpa memperdulikan makna dan manfaatnya dalam kehidupan. Tanpa manusia sadari nilai-nilai dan makna yang terkandung dalam pancasila sangat berguna dan bermanfaat. Banyaknya terjadi penyimpangan atau kesalahan tertentu sebenarnya berakar dari tidak mengamalkannya nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila itu sendiri. Maka dari itu pentingnya memahami pancasila tidak hanya mengerti namun juga mengamalkan dan melaksanakan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai pendidikan karakter.
Pendidikan karakter yang merupakan upaya mewujudkan amanat pancasila dan Pembukaan UUD 1945 yang dilatar belakangi oleh realita yang berkembang saat ini di lembaga pendidikan. Dengan prilaku-prilaku yang tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia saat ini. Membina dan mendidik karakter, dalam arti untuk membentuk “positive character” generasi muda bangsa ini. Agar positive character terbentuk, maka perlu pembiasaan “mandiri, sopan santun, kreatif dan tangkas, rajin bekerja, dan punya tanggung jawab.” (Marjohan.2010:7)
Pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan nilai budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan siswa-siswi yang mempunyai akhlak yang baik,dan mewujudkan di dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi merasakan dengan baik atau leving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action). Dalam pendidikan karakter terhadap siswa-siswi di SD Muhammadiyah Nitikan menekankan pada kebiasaan (habit) yang terus menerus dipraktikkan yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila.



1.2. RUMUSAN MASALAH

1.      Bagaimana proses perencanaan guru dalam menanamkan nilai-nilai pancasila di SD Muhammadiyah Nitikan ?
2.      Bagaimana proses pembelajaran nilai-nilai pancasila di SD Muhammadiyah Nitikan ?
3.      Bagaiman cara pembelajaran pendidikan pancasila dari guru kepada siswa-siswi di SD Muhammadiyah Nitikan ?
4.      Bagaimana metode dan strategi guru dalam mengajarkan nilai-nilai pancasila kepada siswa-siswi di SD Muhammadiyah Nitikan ?
5.      Apa saja contoh yang sudah diterapkan oleh siswa-siswi SD Muhammadiyah Nitikan yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila ?

1.3. TUJUAN

1. Laporan ini dibuat Untuk Memenuhi tugas mata kuliah Pancasila sebagai syarat mengikuti Ujian Akhir Semester Gasal.
2.  Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis pada khususnya pembaca pada umumnya.
3. Mengetahui sampai mana proses pembelajaran dan penerapan nilai-nilai dasar pancasila di tingkat sekolah atau pendidikan dasar.
4. Mengetahui contoh atau bentuk yang real nilai-nilai Pancasila yang sudah diterapkan ditingkat pendidikan dasar.




BAB II PEMBAHASAN

Makna Dan Nilai-Nilai Yang Terkandung dalam Pancasila Pancasila yang merupakan dasar Negara Republik Indonesia memiliki makna dan nilai-nilai luhur dalam setiap sila-silanya, karena setiap butir pancasila itu dirumuskan dari nilai-nilai yang sudah ada sejak zaman dulu dalam kehidupan pribadi bangsa Indonesia[1]. Adapun makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila-sila itu adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan (Religiusitas) Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterkaitan individu dengan sesuatu yang dianggapnya memiliki kekuatan sakral, suci, agung dan mulia. Memahami Ketuhanan sebagai pandangan hidup adalah mewujudkan masyarakat yang beketuhanan, yakni membangun masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa maupun semangat untuk mencapai ridlo Tuhan dalam setiap perbuatan baik yang dilakukannya. Dari sudut pandang etis keagamaan, negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa itu adalah negara yang menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama dan beribadat menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Dari dasar ini pula, bahwa suatu keharusan bagi masyarakat warga Indonesia menjadi masyarakat yang beriman kepada Tuhan, dan masyarakat yang beragama, apapun agama dan keyakinan mereka.
2. Kemanusiaan (Moralitas) Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah pembentukan suatu kesadaran tentang keteraturan, sebagai asas kehidupan, sebab setiap manusia mempunyai potensi untuk menjadi manusia sempurna, yaitu manusia yang beradab. Manusia yang maju peradabannya tentu lebih mudah menerima kebenaran dengan tulus, lebih mungkin untuk mengikuti tata cara dan pola kehidupan masyarakat yang teratur, dan mengenal hukum universal. Kesadaran inilah yang menjadi semangat membangun kehidupan masyarakat dan alam semesta untuk mencapai kebahagiaan dengan usaha gigih, serta dapat diimplementasikan dalam bentuk sikap hidup yang harmoni penuh toleransi dan damai.
3. Persatuan Indonesia (Kebangsaan) Persatuan adalah gabungan yang terdiri atas beberapa bagian, kehadiran Indonesia dan bangsanya di muka bumi ini bukan untuk bersengketa. Bangsa Indonesia hadir untuk mewujudkan kasih sayang kepada segenap suku bangsa dari Sabang sampai Marauke. Persatuan Indonesia, bukan sebuah sikap maupun pandangan dogmatik dan sempit, namun harus menjadi upaya untuk melihat diri sendiri secara lebih objektif dari dunia luar. Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk dalam proses sejarah perjuangan panjang dan terdiri dari bermacam-macam kelompok suku bangsa, namun perbedaan tersebut tidak untuk dipertentangkan tetapi justru dijadikan persatuan Indonesia.
4. Permusyawaratan dan Perwakilan Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hidup berdampingan dengan orang lain, dalam interaksi itu biasanya terjadi kesepakatan, dan saling menghargai satu sama lain atas dasar tujuan dan kepentingan bersama. Prinsip-prinsip kerakyatan yang menjadi cita-cita utama untuk membangkitkan bangsa Indonesia, mengerahkan potensi mereka dalam dunia modern, yakni kerakyatan yang mampu mengendalikan diri, tabah menguasai diri, walau berada dalam kancah pergolakan hebat untuk menciptakan perubahan dan pembaharuan. Hikmah kebijaksanaan adalah kondisi sosial yang menampilkan rakyat berpikir dalam tahap yang lebih tinggi sebagai bangsa, dan membebaskan diri dari belenggu pemikiran berazaskan kelompok dan aliran tertentu yang sempit.
5. Keadilan Sosial Nilai keadilan adalah nilai yang menjunjung norma berdasarkan ketidak berpihakkan, keseimbangan, serta pemerataan terhadap suatu hal. Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan cita-cita bernegara dan berbangsa. Itu semua bermakna mewujudkan keadaan masyarakat yang bersatu secara organik, dimana setiap anggotanya mempunyai kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang serta belajar hidup pada kemampuan aslinya. Segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat, memupuk perwatakan dan peningkatan kualitas rakyat, sehingga kesejahteraan tercapai secara merata. Dari uraian nilai-nilai kelima butir Pancasila itu kita dapat melihat betapa apik dan luhur nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Sehingga sangat disayangkan apabila nilai-nilai itu hanya menjadi wacana belaka dan tidak terealisasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana mestinya terutama pada satuan pendidikan dasar (SD/MI) yang menjadi lembaga dari pendidikan. Nilai-nilai tersebut mungkin bisa lebih merasuk kedalam hati dan jiwa setiap rakyat Indonesia apabilai nilai-nilai itu telah tertanam dalam setiap anak/siswa dalam hidup ditengah keluarga, bersekolah, dan berada ditengah-tengah masyarakat

Metode Penelitan (Observasi)
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian deskriptif ini bermaksud menggambarkan atau melukiskan suatu peristiwa, yaitu implementasi penanaman nilai-nilai Pancasila dalam proses pembelajaran di tingkat pendidikan dasar. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanapiah Faisal[2] (2001: 20), bahwa penelitian deskriptif dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.
Penentuan subjek penelitian dengan menggunakan purposive sampling. Subyek penelitian ini adalah 2 guru SD Muhammadiyah Nitikan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta yang terdiri dari H. Saijan, S.Ag.M.SI selaku kepala SD Muhammadiyah Nitikan dan Bapak Ismail S.Pd selaku wali kelas VI.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara merupakan tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung (Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2001:59) [3]. Wawancara digunakan untuk menjaring data atau informasi yang berkaitan dengan metode implementasi penanaman nilai-nilai Pancasila, dan kendala-kendala yang mungkin dihadapi dalam implementasi penanaman nilai-nilai Pancasila tersebut. Observasi digunakan untuk melihat secara langsung implementasi penanaman nilai-nilai Pancasila di SD Muhammadiyah Nitikan.
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai gambaran keberadaan objek yang diteliti. Selain itu, untuk melengkapi data hasil wawancara dan observasi. Untuk mendapatkan data yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka dari data-data yang telah terkumpul terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan keabsahannya. Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Lexy J.Moleong, 2000: 178) [4].. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi metode, yaitu dengan cara mengecek ulang informasi hasil wawancara dengan dokumentasi, dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis induktif, yaitu analisis yang bertolak dari data dan bermuara pada simpulan-simpulan umum. Kesimpulan umum itu bisa berupa kategorisasi maupun proposisi (Burhan Bungin, 2001: 209) [5].. Langkah-langkah analisis data tersebut meliputi: reduksi data, unitisasi dan kategorisasi, display data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil Penelitian (Observasi)
1.        Waktu dan Tempat Pelaksanakan
Observasi ini dilakukan pada :
Hari/Tanggal   : Jum’at, 11 Desember 2015
Tempat            : SD Muhammadiyah Nitikan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta.

2.        Implementasi penanaman nilai-nilai Pancasila di SD Muhammadiyah Nitikan
A.  Perencanaan
Perencanaan yang dilakukakan oleh guru tentang penanaman nilai-nilai Pancasila di SD Muhammadiyah Nitikan dilakukan dengan mengintegrasikan dalam mata pelajaran dan di
rencanakan secara khusus yaitu tersusun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan kurikulum 2013 terutama pada mata pelajaran PKN.
Pada setiap RPP itu ada kompetisi dasar (KD) dan tiap KD ada indikatornya masing-masing yang mempunyai nilai-nilai yang ada pada Pancasila. Sebagaimana kata Bapak H. Saijan, S.Ag.M.SI selaku Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Nitikan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dibuat dengan tujuan mencapai beberapa aspek yang mengandung nilai-nilai Pancasila sebagaiman yang tercantum dalam visi SD Muhammadiyah Nitikan “Terbentuknya Pribadi Muslim yang Berakhlakul Karimah, Berbudaya, dan Berprestasi” .
RPP tersebut harus ditempuh oleh siswa agar bisa mencapai nilai yang baik. Dalam tiap pertemuan antara guru dengan siswa itu KD dan indikator berbeda-beda  agar siswa tidak bosan dengan pembelajaran, karena perencanaan itu sudah dipersiapkan oleh guru. Namun RPP yang telah dibuat guru sebelumnya tidak langsung di praktikan atau diajarkan kepada siswa, karena guru harus meminta persetujuan dari kepala sekolah.

B.   Proses Pembelajaran
SD Muhammadiyah Nitikan sebagai lembaga pendidikan islam mempunyai peran yang penting dalam menciptakan insan yang berakhlakul karimah. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh kepala sekolah Bapak H. Saijan, S.Ag.M.SI yang menyatakan bahwa nilai-nilai Pancasila menjadi hal yang pokok untuk ditanamkan kepada para siswa agar mereka berakhlak mulia.
Dalam penyesuaiannya dengan RPP Nilai-nilai Pancasila dimasukkan ke mata pelajaran PKN yang setiap minggunya ada 2 jam pelajaran untuk menyampaikan materi PKN yang di dalamnya ada nilai-nilai Pancasila, maka dengan hanya ada waktu 2 jam pelajran tersebut dalam Penanaman nilai-nilai Pancasila, budaya dan karakter menjadi salah satu tugas guru untuk memasukkan dalam setiap proses pembelajaran. Nilai-nilai utama Pancasila yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran meliputi nilai-nilai kedisiplinan, kejujuran, bertanggung jawab, kerjasama, sosial dan beribadah. Jadi, dari tiap mata pelajran ada nilai-nilai Pancasila yang ditanamkan oleh guru kepada siswa.

C.  Cara Pembelajaran
Standar dalam cara pembelajaran itu sama, namun dalam hal cara penyampaian guru yang ada di SD Muhammadiyah Nitikan memakai pendekatan saintifik yaitu proses pembelajran dimulai dengan mengamati, menanya, menalar, kemudian mengkonfirmasi kepada siswa.
Pada saat mengamati siswa bisa di suruh guru untuk misal
·         Anak-anak harap membaca buku halaman 21 yang terkait dengan Pancasila
·         Anak-anak silahkan kalian lihat video saat proklamasi kemerdekaan.
·         Anak-anak coba kalian dengarkan.
Pada saat proses ppertanyaan siswa diharapkan bisa bertanya kepad guru yang belum paham tentang materi yang telah disampaikan atau ingin penjelasan baru.
Kemudian saat penalaran siswa diharapkan tanggap terhadap materi maupun masalah sosial di lingkungan sekitar misal daalam proses pembelajaran siswa dirangsang untuk memahami dan sekaligus tanggap terhadap masalah-masalah sosial seperti kemiskinan, gempa bumi, banjir, dan gunung meletus. Sebagaiman dikatakan oleh kepala SD Muhammadiyah Nitikan bahwa Lima tahun yang lalu ketika peristiwa gempa bumi, siswa dirangsang sekaligus untuk tanggap dalam masalah sosial tersebut. Siswa menggalang dana untuk ikut membantu korban gempa bumi dan perwakilan setiap kelas yang langsung menyerahkan bantuan tersebut.
Di samping itu juga ketika peristiwa gunung meletus. Siswa beserta bimbingan guru melakukan kegiatan bakti sosial untuk memberi bantuan berupa sembako, makanan pokok, dan bibit pohon. Siswa juga dilatih untuk mengasah pikiran dan menganalisis berbagai masalah yang dihadapinya, misalnya adalah siswa dihadapkan pada pengemis tua dan pengemis muda, kemudian siswa ditanya kamu akan memberikan kepada pengemis yang mana? Siswa menjawab, kepada pengemis tua karena pengemis tua tersebut lebih membutuhkan. Dari masalah tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa siswa dilatih untuk
peka terhadap masalah sosial dan sekaligus tanggap untuk ikut serta dalam membantu.
            Ketika semua siswa sudah menyelesaikan masalah, maka siswa mengkonfirmasikan kepada guru pengampu apakah jawabannya itu sudah sesuai atau belum, maka guru pun dengan baik memberi tanggapan masing-masing siswanya.

D.  Metode dan Strategi Guru
Metode dan Strategi Guru dalam mengajardi SD Muhammadiyah Nitikan itu ada banyak sekali seperti metode tanya jawab, metode demonstratif, dan metode bermain, selain itu di dalam kelas juga ada gambar-gambar baik itu lambang burung garuda , gambar doa-doa. Sebab dengan banyak metode maka siswa tidak akan cepat bosa, misal : Guru memberikan persepsi tentang materi yang akan dijelaskan dan menjelaskan materi melalui Video, Melalui bercerita dan guru menyuruh mendengarkan, melihat dan mengamati video atu alat peraga. Dari pengamatan tersebut, siswa yang belum paham dan belum mengerti dipersilahkan bertanya, timbal baliknya guru harus menjelaskan kembali kepada siswanya dengan bahasa yang lebih mudah dicerna dan dipahami, atau dengan memberikan contoh-contoh yang real atau sering terjadi di masyarakat.
Metode pembelajaran lain yang dilaksankan guru adalah dengan cara diskusi. Dimana dalam diskusi itu dibentuk sebuah kelompok yang terdiri dari beberapa siswa untuk mempelajari materi. Dimana metode ini dilakukan dengan harapan siswa mampu menalar kemampuannya dalam berfikir. Serta belajar mandiri. Disisi lain dengan adanya belajar secara kelompok juga akan membuat siswa mampu bekerja sama dan menyampaikan pendapatnya mengenai materi yang diketahui oleh siswa tersebut.

E.   Contoh Penerapannya Nilai-Nilai Pancasila
Nilai kedisiplinan yang diterapkan oleh guru mulai sebelum masuk sekolah. Guru memberi tauladan dengan masuk sekolah sebelum pukul 06.30 WIB kemudian mereka berkumpul berbaris di depan aula untuk menyambut siswa sedangkan siswa harus berada di sekolah pukul 06.50 WIB dan setiap siswa harus bersalaman kepada guru yang sudah berbaris di depan aula tersebut.
Jika siswa terlambat masuk sekolah, maka siswa tersebut minta surat ijin kepada guru piket. Nilai kejujuran dilatih dengan adanya buku kegiatan untuk mengetahui kejujuran siswa dalam menjalankan ibadah sholat lima waktu dan kegiatan yang dilakukan selama satu hari. Untuk monitoring buku kegiatan ini melibatkan peran orang tua dalam ikut serta mendorong putra-putrinya untuk berlatih jujur. Nilai tanggungjawab dilatih melalui tugas-tugas mandiri yang dikerjakan siswa di rumah maupun tugas-tugas dalam proses kegiatan belajar mengajar. Melalui kegiatan ini diharapkan siswa betul-betul terlatih bertanggugjawab baik untuk dirinya sendiri maupun bertanggung jawab untuk orang lain. Proses ini tentu memerlukan waktu yang tidak sedikit, namun kalau proses ini dilakukan secara berkelanjutan, maka siswa akan terbiasa dalam menginternalisasaikan nilai tanggungjawab. Nilai kerjasama lebih banyak dilakukan pada waktu kegiatan diskusi mapun kegiatan yang kelompok. Siswa dilatih untuk bekerjasama satu sama lain dalam menyelesaikan persoalan maupun tugas kelompok. Melalui kerjasama ini, siswa belajar untuk saling menghargai pendapat satu dengan pendapat lainnya. Nilai ibadah salah satunya dilakukan dengan mengerjakan sholat dhuha maupun sholat dhuhur secara berjama’ah. Siswa kelas 3 sampai siswa kelas 6 wajib mengikuti program ini. Melalui kegiatan ini diharapkan siswa terbiasa untuk menjalankan ibadah secara berjama’ah baik di sekolah maupun di rumah.
Menurut Bapak Ismail S.Pd salah satu guru dan wali kelas yang mengajar kelas VI memaparkan bahwa model penerapan nilai-nilai pancasila pada siswa itu diawali dengan penanaman sebuah karakter yang kuat pada diri siswa. Dan sebenarnya karakter itu tidak hanya sebatas dari Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) saja melainkan dari 4 proses, yaitu diantaranya :
1.  Melalui proses kegiatan belajar mengajar,
Proses kegiatan belajar mengajar salah satunya adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), pada dasarnya semua pelajaran memiliki nilai karakter, tidak hanya di PKn saja. Misalnya Olahraga itu terkandung nilai-nilai karakter juga, salah satunya yaitu suportivitas. Dan suportivitas adalah salah satu nilai karakter.
2.  Proses pembiasaan
Pada proses ini guru/orangtua disekitar lingkungan sekolah mempraktikan dan memperagakan secara langsung dihadapan siswa. Sehingga siswa juga akan mengikutinya nhingga terbiasa. Misalnya menerapkan sistem penerapan 3S (Senyum, Salam, Sapa)
3.  Ektrakulikuler
Kegiatan ini sebagai wadah bagi siswa untuk menyalurkan bakat dan kemampuannya. Karena Ekstrakulikuler itu sendiri bertujuan untuk mengembangkan bakat, tallent, minat, intelektual, keimanan, wawasan kebangsaan dan keterampilan degan cara :
  Mengadakan pendampingan dan pembinaan kepada siswa berprestasi, misalnya memberikan bimbingan yang lebih lanjut.
  Mengikuti lomba mapel atau siswa teladan, baik bertingkat regional atau bisa tingkat nasional
  Melaksanakan ektrakulikuler disekolah, diantaranya Pramuka, sepak bola, tilawah dan lain sebagainya.
4.  Kemitraan
Dalam proses ini siswa akan diajarkan kerjasama dalam lingkungan, misalnya siswa ikut berperan aktif dalam kegiatan di masyarakat. Siswa diberi tugas untuk ikut berperan aktif juga dalam menjaga kebersihan dilingkungan masing-masing. Salah satunya adalah ikut membersihkan gorong-gorong di lingkungan masyarakat sekolah, ikut membantu kegiatan 17 Agustus. Proses pembelajaran yang dilakukan juga dengan melakukan sinergisitas antara kegiatan yang ada di sekolah dengan masyarakat. sekolah mempunyai program rutin dengan masyarakat dengan mengadakan pengajian rutin setiap selapanan yang dihadiri oleh wali
murid, siswa, warga sekitar, dan guru.
Untuk memadukan kegiatan antara di sekolah dan di masyarakat, maka peran penting orang tua untuk ikut terlibat sangat besar. Sebagai misal adalah ketika bulan Ramadhan. Setiap siswa diberi buku kegiatan untuk mengikuti serangkaian kegiatan pada bulan Ramadhan dengan sepengetahuan orang tua. Di luar bulan Ramadhan, siswa juga diberi buku
kegiatan sehari-hari yang harus diisi dan ditandatangani oleh orang tua. Peran orang tua di sini sangat besar sekali untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran dan kedisipinan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk memantau kegiatan siswa tersebut dilakukan pertemuan rutin setiap sebulan sekali antara wali murid dengan guru kelas. Hasil pertemuan tersebut untuk melihat kemajuan siswa dalam aktifitas-aktifitas dan masalah-masalah yang dihadapi siswa selama satu bulan. Kegiatan ini rutin dilakukan untuk sedini mungkin menanamkan nilai-nilai kejujuran dan kedisiplinan bagi siswa, di samping itu juga wali murid secara tidak langsung ikut juga berlatih dalam kejujuran.

Kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila di SD Muhammadiyah Nitikan Yogyakarta
Proses pengimplementasian Nilai-nilai Pancasila dalam pembelajaran tentu tidak berjalan  dengan mudah. Dalam pelaksanaaan terdapat berbagai hambatan dan kendala yang mempengaruhi keberhasilan. Adapun uraian tentang kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dapat dijelaskan sebagai berikut:
Faktor dari lingkungan siswa
Kendala dalam pemantauan siswa ketika sudah keluar dari sekolah sangat kurang. Proses mengontrol perilaku siswa terkadang tidak terjalin kerjasama yang baik antara wali murid dengan sekolah.

Evaluasi
Dari hasil pengamatan saya secara langsung. Siswa-siswi di SD Muhammadiyah Nitikan sudah banyak yang bisa menerapkan dan berperilaku sesuai dengan apa yang terkandung didalam nilai-nilai dasar pancasila. Misalnya:
1.         Sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa”
·         Siswa melaksanakan Ibadah sholat dhuha dan dzuhur berjamaah.
·         Siswa bersalaman dan mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru
·         Siwa mengucapkan salam sebelum masuk ruangan
·         Siswa berdoa sebelum dan sesudah KBM.
2.         Sila kedua, “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”
·         Siswa mau mengakui keunggulan temannya (misalnya, siswa mampu menerima bahwa temannya lebih berprestasi/pinntar darinya)
·         Siswa mau berbagi dan memberi dari apa yang dia punya
·         Siswa membantu yang lain dengan cara meminjami pensil.
3.         Sila ketiga, “Persatuan Indonesia”
·         Mencintai tanah air dengan bukti banyaknya barang-barang yang dipakai asli produk dari Indonesia, contohnya memakai pensil Batik buatan dari Yogyakarta Indonesia
·         Berani dan rela berkorban (Serentak diucapkan bersama-sama dalam kelas) hanya belum bisa membuktikan saja.
4.         Sila ke-empat “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan”
·         Saling menghargai pendapat saat melakukan diskusi
·         Menyepakati bersama hasil voting pemilihan ketua kelas
5.         Sila kelima, “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
·         Siswa mampu bersikap adil terhadap teman
·         Siswa mampu membagi rata hadiah dari guru.



BAB III PENUTUP

Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Implementasi yang diimplementasikan adalah nilai-nilai religius, kedisiplinan, kejujuran, bertanggung jawab, kerjasama, dan beribadah. Masing-masing nilai tersebut diterapkan dengan menggunakan Melalui proses kegiatan belajar mengajar, Proses pembiasaan, Ektrakulikuler, Kemitraan (keterlibatan dalam masyarakat). Masing-masing tentu memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.
2. Kendala yang dihadapi oleh sekolah dalam mengimplementasikan pendidikan nilai dalam pembelajaran adalah faktor dari lingkungan siswa.




















DOKUMENTASI
                                                                                                      
                                                                                                                       ssesetelah


Daftar Pustaka

Burhan Bungin. (2001). Metodologi penelitian kualitatif: Aktualisasi metodologis ke arah   ragam varian kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Bakry Noor MS. 2001. Pancasila Yuridis Keagamaan.. Yogyakarta: liberty.
Husaini Usman & Purnomo Setiady Akbar. (2001). Metode penelitian sosial. Jakarta: Bumi           Aksara.
Lexy J. Moleong. (2000). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sanapiah Faisal. (2001). Format-format penelitian sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.




[1] Noor MS Bakry. Pancasila Yuridis Keagamaan.. liberty. Yogyakarta. 2001.hal. 163
[2] Faisal Sanapiah. Format-format Penelitian Sosial. Raja Grafindo Persada . Jakarta. (2001).hal. 20
[3] Usman Husaini & Purnomo Setiady Akbar. Metode penelitian sosial. Bumi Aksara . Jakarta: 2001. Hal. 59

[4]  Lexy J. Moleong. Metode penelitian kualitatif. Remaja Rosda Karya.  Bandung. (2000). Hal.178

[5] Burhan Bungin. Metodologi penelitian kualitatif: Aktualisasi metodologis ke arah ragam varian kontemporer. Raja Grafindo Persada. Jakarta. (2001). Hal.209

Tidak ada komentar:

Posting Komentar