KATA PENGANTAR
Puji
syukur dipanjatkan ke hadirat Illahi Rabbi yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya serta berbagai upaya, saya
dapat menyelesaikan laporan Observasi tugas mata kuliah Pancasila yang berjudul
IMPELEMENTASI PENANAMAN NILAI-NILAI PANCASILA di SD MUHAMMADIYAH NITIKAN.
Ucapan
terimakasih terutama
kepada dosen mata kuliah Pancasila yaitu Dr. Erni Munastiwi, M. Pd. Yang telah
membimbing dan memberi arahan saya dalam
melaksanakan observasi, kepada pihak sekolah yang telah mengizinkan saya untuk
melakukan observasi ini di SD Muhammadiyah Nitikan , baik kepada Kepala
Sekolah, wali kelas dan siswa yang saya observasi, karena atas kerja sama yang
baik saya bisa mengerjakan laporan ini.
Observasi ini dilaksanakan pada tanggal 11 Desember
2015. Observasi ini dilakukan di SD Muhammadiyah Nitikan, Umbulharjo,
Yogyakarta.
Karya tulis ini merupakan hasil
Observasi lapangan yang tujuannya untuk mengetahui secara langsung Implementasi
Nilai-Nilai Pancasila pada tingkat satuan pendidikan dasar.
Dalam hal
ini penulis menyadari bahwa laporan ini bukanlah karya yang sempurna karena masih
banyak kekurangan baik dalam hal isi, sistematika dan teknik penulisan. Oleh
sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang menbangun
demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini bisa memberikan
manfaat bagi penulis dan pembaca.
Yogyakarta,
14 Desember 2015
Hasan
Ibadin
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang sakral oleh bangsa
Indonesia yang mana setiap warganya harus hafal dan mematuhi segala isi dalam
pancasila tersebut. Namun sebagian besar warga negara Indonesia hanya
menganggap pancasila sebagai dasar negara atau ideologi semata tanpa
memperdulikan makna dan manfaatnya dalam kehidupan. Tanpa manusia sadari
nilai-nilai dan makna yang terkandung dalam pancasila sangat berguna dan
bermanfaat. Banyaknya terjadi penyimpangan atau kesalahan tertentu sebenarnya
berakar dari tidak mengamalkannya nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila
itu sendiri. Maka dari itu pentingnya memahami pancasila tidak hanya mengerti
namun juga mengamalkan dan melaksanakan nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila sebagai pendidikan karakter.
Pendidikan karakter yang merupakan upaya mewujudkan amanat pancasila
dan Pembukaan UUD 1945 yang dilatar belakangi oleh realita yang berkembang saat
ini di lembaga pendidikan. Dengan prilaku-prilaku yang tidak sesuai dengan
karakter bangsa Indonesia saat ini. Membina dan mendidik karakter, dalam arti
untuk membentuk “positive character” generasi muda bangsa ini. Agar positive
character terbentuk, maka perlu pembiasaan “mandiri, sopan santun, kreatif dan
tangkas, rajin bekerja, dan punya tanggung jawab.” (Marjohan.2010:7)
Pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan
nilai budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan
mengembangkan kemampuan siswa-siswi yang mempunyai akhlak yang baik,dan mewujudkan
di dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Dengan kata lain, pendidikan
karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan yang baik
(moral knowing), akan tetapi merasakan dengan baik atau leving good (moral
feeling), dan perilaku yang baik (moral action). Dalam pendidikan karakter terhadap
siswa-siswi di SD Muhammadiyah Nitikan menekankan pada kebiasaan (habit) yang
terus menerus dipraktikkan yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana
proses perencanaan guru dalam menanamkan nilai-nilai pancasila di SD
Muhammadiyah Nitikan ?
2. Bagaimana
proses pembelajaran nilai-nilai pancasila di SD Muhammadiyah Nitikan ?
3. Bagaiman
cara pembelajaran pendidikan pancasila dari guru kepada siswa-siswi di SD
Muhammadiyah Nitikan ?
4. Bagaimana
metode dan strategi guru dalam mengajarkan nilai-nilai pancasila kepada siswa-siswi
di SD Muhammadiyah Nitikan ?
5. Apa
saja contoh yang sudah diterapkan oleh siswa-siswi SD Muhammadiyah Nitikan yang
sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila ?
1.3. TUJUAN
1. Laporan ini dibuat Untuk
Memenuhi tugas mata kuliah Pancasila sebagai
syarat mengikuti Ujian Akhir Semester Gasal.
2. Untuk menambah wawasan dan
pengetahuan penulis pada khususnya pembaca pada umumnya.
3. Mengetahui sampai mana proses pembelajaran dan penerapan nilai-nilai
dasar pancasila di tingkat sekolah atau pendidikan dasar.
4. Mengetahui contoh atau bentuk yang real nilai-nilai Pancasila yang sudah
diterapkan ditingkat pendidikan dasar.
BAB II PEMBAHASAN
Makna Dan Nilai-Nilai Yang
Terkandung dalam Pancasila Pancasila yang merupakan dasar Negara Republik
Indonesia memiliki makna dan nilai-nilai luhur dalam setiap sila-silanya,
karena setiap butir pancasila itu dirumuskan dari nilai-nilai yang sudah ada
sejak zaman dulu dalam kehidupan pribadi bangsa Indonesia[1]. Adapun makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap
sila-sila itu adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan (Religiusitas) Nilai religius adalah nilai yang
berkaitan dengan keterkaitan individu dengan sesuatu yang dianggapnya memiliki
kekuatan sakral, suci, agung dan mulia. Memahami Ketuhanan sebagai pandangan
hidup adalah mewujudkan masyarakat yang beketuhanan, yakni membangun masyarakat
Indonesia yang memiliki jiwa maupun semangat untuk mencapai ridlo Tuhan dalam
setiap perbuatan baik yang dilakukannya. Dari sudut pandang etis keagamaan,
negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa itu adalah negara yang menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama dan beribadat menurut
agama dan kepercayaan masing-masing. Dari dasar ini pula, bahwa suatu keharusan
bagi masyarakat warga Indonesia menjadi masyarakat yang beriman kepada Tuhan,
dan masyarakat yang beragama, apapun agama dan keyakinan mereka.
2. Kemanusiaan (Moralitas) Kemanusiaan yang adil dan beradab,
adalah pembentukan suatu kesadaran tentang keteraturan, sebagai asas kehidupan,
sebab setiap manusia mempunyai potensi untuk menjadi manusia sempurna, yaitu
manusia yang beradab. Manusia yang maju peradabannya tentu lebih mudah menerima
kebenaran dengan tulus, lebih mungkin untuk mengikuti tata cara dan pola
kehidupan masyarakat yang teratur, dan mengenal hukum universal. Kesadaran
inilah yang menjadi semangat membangun kehidupan masyarakat dan alam semesta
untuk mencapai kebahagiaan dengan usaha gigih, serta dapat diimplementasikan
dalam bentuk sikap hidup yang harmoni penuh toleransi dan damai.
3. Persatuan Indonesia (Kebangsaan) Persatuan adalah gabungan yang
terdiri atas beberapa bagian, kehadiran Indonesia dan bangsanya di muka bumi
ini bukan untuk bersengketa. Bangsa Indonesia hadir untuk mewujudkan kasih
sayang kepada segenap suku bangsa dari Sabang sampai Marauke. Persatuan
Indonesia, bukan sebuah sikap maupun pandangan dogmatik dan sempit, namun harus
menjadi upaya untuk melihat diri sendiri secara lebih objektif dari dunia luar.
Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk dalam proses sejarah perjuangan
panjang dan terdiri dari bermacam-macam kelompok suku bangsa, namun perbedaan
tersebut tidak untuk dipertentangkan tetapi justru dijadikan persatuan
Indonesia.
4. Permusyawaratan dan Perwakilan Sebagai makhluk sosial, manusia
membutuhkan hidup berdampingan dengan orang lain, dalam interaksi itu biasanya
terjadi kesepakatan, dan saling menghargai satu sama lain atas dasar tujuan dan
kepentingan bersama. Prinsip-prinsip kerakyatan yang menjadi cita-cita utama
untuk membangkitkan bangsa Indonesia, mengerahkan potensi mereka dalam dunia
modern, yakni kerakyatan yang mampu mengendalikan diri, tabah menguasai diri,
walau berada dalam kancah pergolakan hebat untuk menciptakan perubahan dan
pembaharuan. Hikmah kebijaksanaan adalah kondisi sosial yang menampilkan rakyat
berpikir dalam tahap yang lebih tinggi sebagai bangsa, dan membebaskan diri
dari belenggu pemikiran berazaskan kelompok dan aliran tertentu yang sempit.
5. Keadilan Sosial Nilai keadilan adalah nilai yang menjunjung
norma berdasarkan ketidak berpihakkan, keseimbangan, serta pemerataan terhadap
suatu hal. Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan
cita-cita bernegara dan berbangsa. Itu semua bermakna mewujudkan keadaan
masyarakat yang bersatu secara organik, dimana setiap anggotanya mempunyai
kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang serta belajar hidup pada
kemampuan aslinya. Segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat, memupuk
perwatakan dan peningkatan kualitas rakyat, sehingga kesejahteraan tercapai
secara merata. Dari uraian nilai-nilai kelima butir Pancasila itu kita dapat
melihat betapa apik dan luhur nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Sehingga
sangat disayangkan apabila nilai-nilai itu hanya menjadi wacana belaka dan
tidak terealisasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana mestinya terutama
pada satuan pendidikan dasar (SD/MI) yang menjadi lembaga dari pendidikan.
Nilai-nilai tersebut mungkin bisa lebih merasuk kedalam hati dan jiwa setiap
rakyat Indonesia apabilai nilai-nilai itu telah tertanam dalam setiap
anak/siswa dalam hidup ditengah keluarga, bersekolah, dan berada
ditengah-tengah masyarakat
Metode Penelitan (Observasi)
Jenis penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, karena
penelitian deskriptif ini bermaksud menggambarkan atau melukiskan suatu
peristiwa, yaitu implementasi penanaman nilai-nilai Pancasila dalam proses
pembelajaran di tingkat pendidikan dasar. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanapiah
Faisal[2] (2001: 20), bahwa penelitian deskriptif dimaksudkan untuk eksplorasi
dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan
mendeskripsikan sejumlah variabel berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.
Penentuan subjek penelitian dengan
menggunakan purposive sampling. Subyek penelitian ini adalah 2 guru SD
Muhammadiyah Nitikan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta yang terdiri dari H. Saijan,
S.Ag.M.SI selaku kepala SD Muhammadiyah Nitikan dan Bapak Ismail S.Pd selaku
wali kelas VI.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Wawancara merupakan tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung (Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2001:59) [3]. Wawancara digunakan untuk menjaring data atau informasi yang
berkaitan dengan metode implementasi penanaman nilai-nilai Pancasila, dan kendala-kendala
yang mungkin dihadapi dalam implementasi penanaman nilai-nilai Pancasila tersebut.
Observasi digunakan untuk melihat secara langsung implementasi penanaman
nilai-nilai Pancasila di SD Muhammadiyah Nitikan.
Dokumentasi digunakan untuk
memperoleh data mengenai gambaran keberadaan objek yang diteliti. Selain itu,
untuk melengkapi data hasil wawancara dan observasi. Untuk mendapatkan data
yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka dari data-data yang telah
terkumpul terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan keabsahannya. Dalam penelitian
ini teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah teknik triangulasi,
yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
itu (Lexy J.Moleong, 2000: 178) [4].. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
triangulasi metode, yaitu dengan cara mengecek ulang informasi hasil wawancara
dengan dokumentasi, dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis induktif, yaitu analisis yang bertolak
dari data dan bermuara pada simpulan-simpulan umum. Kesimpulan umum itu bisa
berupa kategorisasi maupun proposisi (Burhan Bungin, 2001: 209) [5].. Langkah-langkah analisis data tersebut meliputi: reduksi data,
unitisasi dan kategorisasi, display data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil Penelitian (Observasi)
1.
Waktu dan
Tempat Pelaksanakan
Observasi ini dilakukan pada :
Hari/Tanggal : Jum’at, 11 Desember 2015
Tempat : SD Muhammadiyah Nitikan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
2.
Implementasi penanaman nilai-nilai Pancasila di SD Muhammadiyah
Nitikan
A.
Perencanaan
Perencanaan yang dilakukakan oleh guru tentang penanaman nilai-nilai Pancasila di SD Muhammadiyah Nitikan dilakukan
dengan mengintegrasikan dalam mata pelajaran dan di
rencanakan
secara khusus yaitu tersusun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
sesuai dengan kurikulum 2013 terutama pada mata pelajaran PKN.
Pada setiap RPP itu ada kompetisi
dasar (KD) dan tiap KD ada indikatornya masing-masing yang mempunyai
nilai-nilai yang ada pada Pancasila. Sebagaimana kata Bapak H. Saijan,
S.Ag.M.SI selaku Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Nitikan bahwa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran dibuat dengan tujuan mencapai beberapa aspek yang
mengandung nilai-nilai Pancasila sebagaiman yang tercantum dalam visi SD
Muhammadiyah Nitikan “Terbentuknya Pribadi Muslim yang Berakhlakul Karimah,
Berbudaya, dan Berprestasi” .
RPP tersebut harus ditempuh oleh
siswa agar bisa mencapai nilai yang baik. Dalam tiap pertemuan antara guru
dengan siswa itu KD dan indikator berbeda-beda
agar siswa tidak bosan dengan pembelajaran, karena perencanaan itu sudah
dipersiapkan oleh guru. Namun RPP yang telah dibuat guru sebelumnya tidak
langsung di praktikan atau diajarkan kepada siswa, karena guru harus meminta
persetujuan dari kepala sekolah.
B.
Proses Pembelajaran
SD Muhammadiyah Nitikan sebagai
lembaga pendidikan islam mempunyai peran yang penting dalam menciptakan insan
yang berakhlakul karimah. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh kepala sekolah
Bapak H. Saijan, S.Ag.M.SI yang menyatakan bahwa nilai-nilai Pancasila menjadi
hal yang pokok untuk ditanamkan kepada para siswa agar mereka berakhlak mulia.
Dalam penyesuaiannya dengan RPP
Nilai-nilai Pancasila dimasukkan ke mata pelajaran PKN yang setiap minggunya
ada 2 jam pelajaran untuk menyampaikan materi PKN yang di dalamnya ada
nilai-nilai Pancasila, maka dengan hanya ada waktu 2 jam pelajran tersebut
dalam Penanaman nilai-nilai Pancasila, budaya dan karakter menjadi salah satu
tugas guru untuk memasukkan dalam setiap proses pembelajaran. Nilai-nilai utama
Pancasila yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran meliputi nilai-nilai
kedisiplinan, kejujuran, bertanggung jawab, kerjasama, sosial dan beribadah. Jadi,
dari tiap mata pelajran ada nilai-nilai Pancasila yang ditanamkan oleh guru
kepada siswa.
C. Cara Pembelajaran
Standar dalam cara pembelajaran itu
sama, namun dalam hal cara penyampaian guru yang ada di SD Muhammadiyah Nitikan
memakai pendekatan saintifik yaitu proses pembelajran dimulai dengan mengamati,
menanya, menalar, kemudian mengkonfirmasi kepada siswa.
Pada saat mengamati siswa bisa di
suruh guru untuk misal
·
Anak-anak
harap membaca buku halaman 21 yang terkait dengan Pancasila
·
Anak-anak
silahkan kalian lihat video saat proklamasi kemerdekaan.
·
Anak-anak
coba kalian dengarkan.
Pada saat
proses ppertanyaan siswa diharapkan bisa bertanya kepad guru yang belum paham
tentang materi yang telah disampaikan atau ingin penjelasan baru.
Kemudian saat penalaran siswa diharapkan tanggap terhadap materi
maupun masalah sosial di lingkungan sekitar misal daalam proses pembelajaran siswa
dirangsang untuk memahami dan sekaligus tanggap terhadap masalah-masalah sosial
seperti kemiskinan, gempa bumi, banjir, dan gunung meletus. Sebagaiman
dikatakan oleh kepala SD Muhammadiyah Nitikan bahwa Lima tahun yang lalu ketika
peristiwa gempa bumi, siswa dirangsang sekaligus untuk tanggap dalam masalah
sosial tersebut. Siswa menggalang dana untuk ikut membantu korban gempa bumi
dan perwakilan setiap kelas yang langsung menyerahkan bantuan tersebut.
Di samping itu juga ketika peristiwa
gunung meletus. Siswa beserta bimbingan guru melakukan kegiatan bakti sosial
untuk memberi bantuan berupa sembako, makanan pokok, dan bibit pohon. Siswa
juga dilatih untuk mengasah pikiran dan menganalisis berbagai masalah yang
dihadapinya, misalnya adalah siswa dihadapkan pada pengemis tua dan pengemis
muda, kemudian siswa ditanya kamu akan memberikan kepada pengemis yang mana?
Siswa menjawab, kepada pengemis tua karena pengemis tua tersebut lebih
membutuhkan. Dari masalah tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa siswa dilatih
untuk
peka terhadap masalah sosial dan sekaligus tanggap untuk ikut serta
dalam membantu.
Ketika semua siswa
sudah menyelesaikan masalah, maka siswa mengkonfirmasikan kepada guru pengampu
apakah jawabannya itu sudah sesuai atau belum, maka guru pun dengan baik
memberi tanggapan masing-masing siswanya.
D.
Metode dan Strategi Guru
Metode dan Strategi Guru dalam mengajardi SD Muhammadiyah Nitikan
itu ada banyak sekali seperti metode tanya jawab, metode demonstratif, dan
metode bermain, selain itu di dalam kelas juga ada gambar-gambar baik itu
lambang burung garuda , gambar doa-doa. Sebab dengan banyak metode maka siswa
tidak akan cepat bosa, misal : Guru memberikan persepsi tentang materi yang akan
dijelaskan dan menjelaskan materi melalui Video, Melalui bercerita dan guru menyuruh
mendengarkan, melihat dan mengamati video atu alat peraga. Dari pengamatan
tersebut, siswa yang belum paham dan belum mengerti dipersilahkan bertanya,
timbal baliknya guru harus menjelaskan kembali kepada siswanya dengan bahasa
yang lebih mudah dicerna dan dipahami, atau dengan memberikan contoh-contoh
yang real atau sering terjadi di masyarakat.
Metode
pembelajaran lain yang dilaksankan guru adalah dengan cara diskusi. Dimana
dalam diskusi itu dibentuk sebuah kelompok yang terdiri dari beberapa siswa
untuk mempelajari materi. Dimana metode ini dilakukan dengan harapan siswa
mampu menalar kemampuannya dalam berfikir. Serta belajar mandiri. Disisi lain
dengan adanya belajar secara kelompok juga akan membuat
siswa mampu bekerja sama dan menyampaikan pendapatnya mengenai materi yang
diketahui oleh siswa tersebut.
E.
Contoh Penerapannya Nilai-Nilai Pancasila
Nilai kedisiplinan yang diterapkan
oleh guru mulai sebelum masuk sekolah. Guru memberi tauladan dengan masuk
sekolah sebelum pukul 06.30 WIB kemudian mereka berkumpul berbaris di depan
aula untuk menyambut siswa sedangkan siswa harus berada di sekolah pukul 06.50
WIB dan setiap siswa harus bersalaman kepada guru yang sudah berbaris di depan
aula tersebut.
Jika siswa terlambat masuk sekolah,
maka siswa tersebut minta surat ijin kepada guru piket. Nilai kejujuran dilatih
dengan adanya buku kegiatan untuk mengetahui kejujuran siswa dalam menjalankan
ibadah sholat lima waktu dan kegiatan yang dilakukan selama satu hari. Untuk
monitoring buku kegiatan ini melibatkan peran orang tua dalam ikut serta
mendorong putra-putrinya untuk berlatih jujur. Nilai tanggungjawab dilatih
melalui tugas-tugas mandiri yang dikerjakan siswa di rumah maupun tugas-tugas
dalam proses kegiatan belajar mengajar. Melalui kegiatan ini diharapkan siswa
betul-betul terlatih bertanggugjawab baik untuk dirinya sendiri maupun
bertanggung jawab untuk orang lain. Proses ini tentu memerlukan waktu yang
tidak sedikit, namun kalau proses ini dilakukan secara berkelanjutan, maka
siswa akan terbiasa dalam menginternalisasaikan nilai tanggungjawab. Nilai
kerjasama lebih banyak dilakukan pada waktu kegiatan diskusi mapun kegiatan
yang kelompok. Siswa dilatih untuk bekerjasama satu sama lain dalam
menyelesaikan persoalan maupun tugas kelompok. Melalui kerjasama ini, siswa
belajar untuk saling menghargai pendapat satu dengan pendapat lainnya. Nilai
ibadah salah satunya dilakukan dengan mengerjakan sholat dhuha maupun sholat
dhuhur secara berjama’ah. Siswa kelas 3 sampai siswa kelas 6 wajib mengikuti
program ini. Melalui kegiatan ini diharapkan siswa terbiasa untuk menjalankan
ibadah secara berjama’ah baik di sekolah maupun di rumah.
Menurut Bapak Ismail S.Pd salah satu
guru dan wali kelas yang mengajar kelas VI memaparkan bahwa model penerapan
nilai-nilai pancasila pada siswa itu diawali dengan penanaman sebuah karakter
yang kuat pada diri siswa. Dan sebenarnya karakter itu tidak hanya sebatas dari
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) saja melainkan dari 4 proses, yaitu
diantaranya :
1. Melalui
proses kegiatan belajar mengajar,
Proses kegiatan belajar mengajar
salah satunya adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), pada dasarnya semua
pelajaran memiliki nilai karakter, tidak hanya di PKn saja. Misalnya Olahraga
itu terkandung nilai-nilai karakter juga, salah satunya yaitu suportivitas. Dan
suportivitas adalah salah satu nilai karakter.
2. Proses
pembiasaan
Pada proses ini guru/orangtua
disekitar lingkungan sekolah mempraktikan dan memperagakan secara langsung
dihadapan siswa. Sehingga siswa juga akan mengikutinya nhingga terbiasa. Misalnya
menerapkan sistem penerapan 3S (Senyum, Salam, Sapa)
3. Ektrakulikuler
Kegiatan ini sebagai wadah bagi
siswa untuk menyalurkan bakat dan kemampuannya. Karena Ekstrakulikuler itu
sendiri bertujuan untuk mengembangkan bakat, tallent, minat,
intelektual, keimanan, wawasan kebangsaan dan keterampilan degan cara :
Mengadakan
pendampingan dan pembinaan kepada siswa berprestasi, misalnya memberikan
bimbingan yang lebih lanjut.
Mengikuti
lomba mapel atau siswa teladan, baik bertingkat regional atau bisa tingkat
nasional
Melaksanakan
ektrakulikuler disekolah, diantaranya Pramuka, sepak bola, tilawah dan lain
sebagainya.
4. Kemitraan
Dalam proses ini siswa akan
diajarkan kerjasama dalam lingkungan, misalnya siswa ikut berperan aktif dalam
kegiatan di masyarakat. Siswa diberi tugas untuk ikut berperan aktif juga dalam
menjaga kebersihan dilingkungan masing-masing. Salah satunya adalah ikut
membersihkan gorong-gorong di lingkungan masyarakat sekolah, ikut membantu
kegiatan 17 Agustus. Proses pembelajaran yang dilakukan juga dengan melakukan sinergisitas
antara kegiatan yang ada di sekolah dengan masyarakat. sekolah mempunyai
program rutin dengan masyarakat dengan mengadakan pengajian rutin setiap selapanan
yang dihadiri oleh wali
murid, siswa, warga sekitar, dan guru.
Untuk memadukan kegiatan antara di
sekolah dan di masyarakat, maka peran penting orang tua untuk ikut terlibat
sangat besar. Sebagai misal adalah ketika bulan Ramadhan. Setiap siswa diberi
buku kegiatan untuk mengikuti serangkaian kegiatan pada bulan Ramadhan dengan sepengetahuan
orang tua. Di luar bulan Ramadhan, siswa juga diberi buku
kegiatan sehari-hari yang harus diisi dan ditandatangani oleh orang
tua. Peran orang tua di sini sangat besar sekali untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran
dan kedisipinan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk memantau kegiatan siswa
tersebut dilakukan pertemuan rutin setiap sebulan sekali antara wali murid
dengan guru kelas. Hasil pertemuan tersebut untuk melihat kemajuan siswa dalam
aktifitas-aktifitas dan masalah-masalah yang dihadapi siswa selama satu bulan.
Kegiatan ini rutin dilakukan untuk sedini mungkin menanamkan nilai-nilai
kejujuran dan kedisiplinan bagi siswa, di samping itu juga wali murid secara
tidak langsung ikut juga berlatih dalam kejujuran.
Kendala yang
dihadapi dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila di SD Muhammadiyah Nitikan
Yogyakarta
Proses pengimplementasian Nilai-nilai
Pancasila dalam pembelajaran tentu tidak berjalan dengan mudah. Dalam pelaksanaaan terdapat
berbagai hambatan dan kendala yang mempengaruhi keberhasilan. Adapun uraian
tentang kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Faktor dari lingkungan siswa
Kendala dalam pemantauan siswa ketika sudah keluar dari sekolah sangat
kurang. Proses mengontrol perilaku siswa terkadang tidak terjalin kerjasama
yang baik antara wali murid dengan sekolah.
Evaluasi
Dari hasil pengamatan saya secara
langsung. Siswa-siswi di SD Muhammadiyah Nitikan sudah banyak yang bisa
menerapkan dan berperilaku sesuai dengan apa yang terkandung didalam
nilai-nilai dasar pancasila. Misalnya:
1. Sila pertama,
“Ketuhanan Yang Maha Esa”
·
Siswa
melaksanakan Ibadah sholat dhuha dan dzuhur berjamaah.
·
Siswa
bersalaman dan mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru
·
Siwa
mengucapkan salam sebelum masuk ruangan
·
Siswa
berdoa sebelum dan sesudah KBM.
2. Sila kedua,
“Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”
·
Siswa
mau mengakui keunggulan temannya (misalnya, siswa mampu menerima bahwa temannya
lebih berprestasi/pinntar darinya)
·
Siswa
mau berbagi dan memberi dari apa yang dia punya
·
Siswa
membantu yang lain dengan cara meminjami pensil.
3. Sila ketiga,
“Persatuan Indonesia”
·
Mencintai
tanah air dengan bukti banyaknya barang-barang yang dipakai asli produk dari
Indonesia, contohnya memakai pensil Batik buatan dari Yogyakarta Indonesia
·
Berani
dan rela berkorban (Serentak diucapkan bersama-sama dalam kelas) hanya belum
bisa membuktikan saja.
4. Sila ke-empat
“Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
Perwakilan”
·
Saling
menghargai pendapat saat melakukan diskusi
·
Menyepakati
bersama hasil voting pemilihan ketua kelas
5. Sila kelima,
“Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
·
Siswa
mampu bersikap adil terhadap teman
·
Siswa
mampu membagi rata hadiah dari guru.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Implementasi yang diimplementasikan adalah nilai-nilai religius,
kedisiplinan, kejujuran, bertanggung jawab, kerjasama, dan beribadah.
Masing-masing nilai tersebut diterapkan dengan menggunakan Melalui proses
kegiatan belajar mengajar, Proses pembiasaan, Ektrakulikuler, Kemitraan (keterlibatan
dalam masyarakat). Masing-masing tentu memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.
2. Kendala yang dihadapi oleh sekolah dalam mengimplementasikan pendidikan
nilai dalam pembelajaran adalah faktor dari lingkungan siswa.
DOKUMENTASI
ssesetelah
Daftar Pustaka
Burhan Bungin. (2001). Metodologi penelitian kualitatif:
Aktualisasi metodologis ke arah ragam
varian kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Bakry Noor MS. 2001. Pancasila Yuridis Keagamaan..
Yogyakarta: liberty.
Husaini Usman & Purnomo Setiady Akbar. (2001). Metode
penelitian sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Lexy J. Moleong. (2000). Metode penelitian kualitatif. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Sanapiah Faisal. (2001). Format-format penelitian sosial. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
[2] Faisal Sanapiah.
Format-format Penelitian Sosial. Raja Grafindo Persada . Jakarta. (2001).hal. 20
[3] Usman
Husaini & Purnomo Setiady Akbar. Metode penelitian sosial. Bumi
Aksara . Jakarta: 2001. Hal. 59
[4] Lexy J. Moleong. Metode penelitian
kualitatif. Remaja Rosda Karya. Bandung.
(2000). Hal.178
[5] Burhan
Bungin. Metodologi penelitian kualitatif: Aktualisasi metodologis ke
arah ragam varian kontemporer. Raja Grafindo Persada. Jakarta. (2001). Hal.209
Tidak ada komentar:
Posting Komentar